Tampilkan postingan dengan label Pemimpin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemimpin. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Juli 2012

Kata Mereka tentang Jokowi


Sikap Gentleman Jokowi


Ketika Jokowi diserang secara personal, diejek terus menerus, bahkan ada tuduhan amat serius yaitu : Politik Uang, lalu ada tuduhan soal sentimen agama, rasial yang bila dibaca amat kejam sekali isinya, bukannya marah Jokowi malah adem ayem saja. Inilah yang kemudian membedakan Jokowi dengan politisi lain yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan politik. Ia tampaknya bersikap ‘Nothing To Loose’, karena ia datang ke Jakarta ingin kerja berbakti untuk negaranya, untuk kebaikan negaranya bukan untuk apa-apa,  ia amat lugu tapi lurus dalam soal ini.
Kalaupun kalah ya kalah secara terhormat, kalaupun menang ia tidak ingin menyakiti. Ia benar-benar paham falsafah Jawa :  menang tanpo ngasorake, menang tanpa menyakiti, tanpa merendahkan, Ia memang benar-benar memanusiakan manusia, ia melihat manusia bukan dari asalnya, bukan dari agamanya, bukan dari siapa, dari apa, tapi manusia sebagai manusia yang harus dihormati dan dihargai pendapatnya, pikirannya dan kerjanya.
Jokowi bisa saja berkampanye jauh lebih kejam dengan menguraikan buku yang dilempar Prijanto eks Wagub DKI dimana disana Prijanto membongkar kebobrokan masa Pemerintahan Foke dan ini sudah diserahkan pada KPK, tapi Jokowi menolak itu, ia tak mau membangun keburukan orang lain, pikirannya penuh pekerjaan, ia tak sempat berpikir untuk menjelekkan orang lain. Bila bertemu dengan Jokowi yang dikatakannya terus hanya ‘bagaimana Jakarta di kemudian waktu’.  Inilah yang kita butuhkan bagi kepemimpinan kita kelak, bukan Pemimpin yang hanya pandai bercitra diri, pemimpin yang pandai memburuk-burukkkan lawan politik, tapi Pemimpin yang mengertinya hanya kerja…kerja dan kerja, pemimpin yang hasil kerjanya berguna bagi rakyat banyak, bagi kesejahteraan rakyat, bagi bayi-bayi dan bagi mereka yang kurang mampu. “Pemimpin itu adalah Mengayomi, membangun arah, bukan ngomongin orang lain, ngomongin asalnya dari mana, memfitnah ini itu” bagi Jokowi, agak menciteer kata-kata Pramoedya Ananta Toer : ‘Seorang terpelajar harus jujur sejak dalam pikiran apalagi dalam tindakan.
Seperti saat Jokowi datang ke DKI secara resmi, walaupun itu simbolik tapi ia mengajak : “Ayo kita buat Industri Mobil” Saat ia sudah dipastikan masuk sebagai kandidat, yang ia lakukan bukan memerintahkan membuat baliho, atau ke salon dengan memoles mukanya dengan make up tebal lalu senyum pasta gigi, tapi ia berkeringat naik ke Busway, membuat program pra rencana, menyodorkan agenda-agenda penawaran politik yang berupa estimasi kerjanya. Ia cerdas dalam membawa arus Pilkada DKI,  ketika di foto wartawan ia angkat kartu kesehatan,  secara sengaja atau tak sengaja Jokowi membawa atmosfir pertarungan Pilkada DKI sebagai ‘Perang Agenda Kerja’ bukan ‘Perang Personal’.  Dale Carnegie seorang motivator paling besar  dari Amerika Serikat  pernah berkata : “Orang yang sibuk dengan pekerjaannya, dengan prestasinya tak pernah berpikir untuk menjelek-jelekkan orang lain” Dan inilah yang memang ada dalam pikiran Jokowi,  otaknya penuh rencana kerja yang taktis, ia tak menyisakan otaknya untuk memfitnah atau memburuk-burukkan lawan, baginya orang lain adalah sekutu bukan musuh potensial,  etika Jokowi sudah masuk ke dalam tataran manusia berkualitas.
Jika tampil di Televisi, Jokowi hanya tertawa dan bicara soal agenda-agenda kerja, di wawancara wartawan juga ngomongnya ide-idenya, ia tak pernah bangga dengan prestasinya di masa lampau, bahwa hasil Kota Solo dinominasikan jadi kota terbaik di dunia, ia tanggapi dengan biasa-biasa saja bukan memasang kesombongan dan bikin baliho besar-besar “Sayalah Walikota terbaik Sedunia”, sama sekali tidak ada dalam pikiran Jokowi,  Jokowi mengajarkan rendah hati dalam berpolitik, Jokowi mengajarkan kesantunan dalam arti sesungguhnya, bukan ia santun tapi anak buahnya disuruh menggonggong, Ia hormati orang lain dan ia sibuk dengan ide-idenya : small minds talk about people, average minds talk about events,  great minds talk about ideas.. seperti kata Eleanor Roosevelt : Orang berpikiran kecil sibuk membicarakan orang lain, orang berpikiran medioker sibuk bicara kejadian-kejadian,  dan Orang yang berpikiran besar selalu bicara soal ide-ide, soal gagasan.
Jokowi bukan saja memang pekerja keras, ia orang dicintai banyak orang dan hal ini merupakan sesuatu yang langka dalam dunia politik kita, ketika ia dicintai banyak orang, ketika prestasinya diakui di dunia Internasional, ketika semua orang membicarakan dirinya dan menjadikan dia sebagai centrum orang yang paling dikenang di Indonesia setelah Sukarno, Suharto dan Gus Dur. Jokowi menjadi tidak sombong, tingkahnya tidak menyakiti, ia bersikap sebagai seorangGentleman….sebagai Lelaki Terhormat.
Dari Jokowi kita belajar banyak hal……….
-Anton DH Nugrahanto-. (politik.kompasiana.com)

Budayawan Yakin Jokowi Menangkan Pilgub DKI

Jakarta Ditemui di sela-sela acara mengenang Kang Moeslim Abdurrahaman, tokoh budayawan Mudji Sutrisno angkat bicara soal putaran kedua Pilgub DKI Jakarta. Dia yakin pasangan Jokowi-Ahok akan memenangkan Pilgub DKI.

"Jokowi-Ahok pasti 100 persen menang," ucap dosen pasca sarjana UI ini di acara 'Mengenang Kang Moeslim' di Kantor PP Muhammadiyah, Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat, Kamis (12/7/2012).

Jokowi, di mata Mudji, merupakan sosok pemimpin yang tepat bagi Ibukota. " Saya orang Solo, saya kenal Jokowi, dulu untuk bangun Solo dia membangun dengan rendah hati. Ia mengundang orang Jakarta untuk memberi masukan, jadi bisa memperbagus Solo seperti sekarang," tutur pria berkacamata itu.

Jokowi dipandang sebagai sosok pemimpin yang mau mendengar keluh kesah rakyatnya. Hal ini dianggap menjadi poin penting bagi kesuksesan Jokowi.
Selain itu, Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya ini, juga mengatakan bahwa pasangan Jokowi-Ahok merupakan pasangan yang memiliki magnet bagi rakyat.
"Keberagaman (Jokowi-Ahok) menjadi magnet tersendiri untuk Indonesia termasuk menuju Jakarta baru yang tidak diskriminatif dan rasial. Itulah alasan kemenangan mereka," ungkapnya.
(van/van) Silvanus Alvin - detikNews

Slank: Jokowi Simbol Perlawanan  
TEMPO.COJakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pernah mengklaim kalau bandSlank sangat dekat dengannya. Ini tidak terlalu mengherankan karena Jokowi memang dikenal sebagai pria yang menyukai musik metal. 
Berdasarkan hasil hitung cepat, Jokowi menempati peringkat teratas dalam mendulang suara di hari pencoblosan 11 Juli lalu. Lalu, apa kata Slank tentang pasangan Jokowi-Ahok yang berhasil unggul dibanding calon lainnya?
Penggebuk drum Slank, Bimbim, mengatakan hasil Pilkada Jakarta kemarin sudah sesuai perkiraannya. "Dari awal gue udah bilang, enggak usah didukung udah menang deh si kotak-kotak (Jokowi)," ujarnya seraya tersenyum saat ditemui di markas Slank di Jalan Potlot, Jakarta, Senin, 16 Juli 2012.
Pemilik nama lengkap Bimo Setiawan Almachzumi ini melihat keunggulan Jokowi di putaran pertama sebagai bentuk simbol perlawanan. "Berarti masyarakat Jakarta sudah pintar. Merekaenggak peduli sama etnik, ras, dan soal agama," katanya.
Bimbim juga yakin pada putaran kedua yang bakal digelar 20 September 2012 mendatang Jokowi bisa kembali melampaui lawannya, Fauzi Bowo atau Foke. Sayang, ia enggan menduga berapa persen suara untuk Wali Kota Surakatra itu.
"Pastinya nanti (putaran kedua) akan ada simbol perlawanan lagi. Jakarta ini butuh perubahan," katanya.
YAZIR FAROUK (pilkada.tempo.co/konten-berita)


JK: Jokowi Track Record-nya Baik, Foke Punya Kekurangan

Jakarta Mantan Wapres Jusuf Kalla merespon kemenangan Joko Widodo dalam putaran pertama Pilgub DKI. Jokowi di mata Jusuf Kalla adalah tokoh dengan track record baik dan diharapkan rakyat.

"Disamping itu yang penting masyarakat memilih yang punya track record yang baik dan dosanya kurang. Jadi karena Jokowi track record-nya baik walaupun di kota kayak Solo tapi dia punya harapan rakyat. Dia tak punya beban apakah itu korup," kata JK kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (17/7/2012).

Sementara itu Fauzi Bowo dipandang punya kelemahan. Sebagai gubernur DKI Jakarta incumbent, Foke dipandang memiliki sejumlah kegagalan.
"Pak Foke tentu punya beban ketidakberhasilan baik banjir, macet. Jangan kita katakan dosa, tapi itulah kekurangan foke,"kata JK.
Menurut JK, Pilgub DKI bisa saja menjadi gambaran Pemilu dan Pilpres 2014. Jika kondisinya sama, rakyat memang akan memilih calon yang memilikitrack record lebih baik.
"Kalau kondisinya sama ya tentu sama. Artinya calon-calon itu yang punyatrack record dan dosanya tidak ada. Seperti orang masuk surga, amal dikurangi dosa,"ungkapnya sembari tertawa.
Memang diakui JK, figur lebih penting dari partai dalam Pilpres. Meski kalau Partai punya basis massa yang kuat, sangat membantu.
"Partai yang pertama itu syarat. Partai berpengaruh kalau dia itu efektif. Orang-orang kita punya pilihan partai berbeda dengan pilihan presiden,"tandasnya.
(van/mpr) Elvan Dany Sutrisno - detikNews


Sutan Bhatoegana Puji Jokowi: Dia Pemimpin BBM

Jakarta Banyak juga politisi PD yang mengapresiasi kemenangan Joko Widodo di putaran pertama Pilgub DKI. Di mata Ketua DPP PD Sutan Bhatoegana S, Jokowi adalah tipikal pemimpin Berani, Bersih, dan Merakyat (BBM).
"Kan saya sering katakan carilah pemimpin yang BBM, Bersih Berani Merakyat, Jokowi ini pemimpin BBM. Merakyat ini penting. Jadi saya langsung terpikir inilah orang yang diharapkan rakyat, pemimpin yang tidak birokrasi ke mana-mana dikawal sepuluh orang, artinya rakyat senang melihatnya," kata Sutan kepada detikcom, Senin (16/7/2012).
Sutan mengaku senang dengan karakter pemimpin seperti Jokowi. Sutan sendiri mengaku sudah lama menerapkan pola kepemimpinan seperti itu.
"Silakan cek apa saya pernah dikawal waktu turun ke rakyat. Bukan saya buat-buat tapi menikmati saya. Walaupun saya jalan sendiri-sendiri kalaupun ada teman yang ikut saya ya itu saja. Pemimpin itu harus dekat dengan rakyat, tidak usah perlu direpotkan dengan pengawalan," kata Ketua Komisi VII DPR yang bersiap maju Pilgub Sumut ini.
Sementara itu, imbuh Sutan, ada pemimpin yang karakternya SDM. Pemimpin seperti ini, hanya berpikir mencari kekayaan dan keselamatan sendidi.
"SDM, Selamatkan Diri Masing-masing. Menyelamatkan dirinya sendiri keluarga dan kelompoknya masing-masing. Jadi tak pernah memikirkan rakyat. Cari pemimpin BBM jangan SDM. Makanya itu kalau dia kemudian menang, maka Insya Allah menang," pungkasnya.
(van/mad) Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Kemungkinan Ditinggal Jokowi, Masyarakat Solo Sedih Sekaligus Senang

Jakarta Hasil hitung cepat (quick count) Pilgub DKI 2012 yang menempatkan Wali Kota Solo Jokowi sebagai pemenang sementara terbilang mengejutkan. Hasil itu disebut turut membuat bangga masyarakat Solo, meski tak urung juga membuat sedih.
Perhitungan suara hasil Pilgub yang dilakukan oleh KPU DKI memang belum selesai dilaksanakan. Namun, jika merujuk pada hasil quick count Pilgub DKI 2012, besar kemungkinan Jokowi akan melenggang menjadi DKI-1 meski harus melalui putaran kedua. Lalu kira-kira bagaimana reaksi warga Solo yang kemungkinan akan ditinggal Jokowi? 
Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, punya pandangan mengenai hal itu.
"Hasil itu membuat masyarakat Solo sedih, tapi juga senang," kata Totok saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (14/7/2012) malam.
Menurut Totok, masyarakat Solo akan bersedih karena kemungkinan akan ditinggal oleh Jokowi. Selama ini, Totok menambahkan, masyarakat Solo sudah merasa cocok dengan gaya kepemimpinan Jokowi.
"Masyarakat sudah terlanjut cocok dengan gaya kepemimpinan beliau yang flamboyan, merakyat, jujur, orientasinya kan bukan kekayaan," tuturnya.
Meski demikian, kata Totok, masyakarat Solo juga senang dengan hasil yang dicapai Jokowi dalam putaran pertama Pilgub DKI. Sebab, sebagai putra daerah, capaian Jokowi membuat bangga masyarakat Solo.
"Senangnya karena ada putra daerah yang tampil di level lebih tinggi. Masyarakat senang pemimpinnya menjadi berpotensi menjadi Gubernur DKI, ibu kota negara," ujarnya.
Totok menyebut masyarakat Solo akan merelakan Jokowi naik ke level yang lebih tinggi. Dia juga menyebut Jokowi berpeluang besar memenangkan putaran kedua pilgub DKI.
"Pak Jokowi itu idenya banyak, dan kreatif juga. Mungkin itu juga yang menjadikan masyarakat DKI akan banyak memilih beliau," imbuhnya.
(trq/trq) Ahmad Toriq - detikNews

Baca juga:
Cerita Lucu dan Aneh tentang Jokowi



Sabtu, 16 Juni 2012

Wakil Presiden Republik Indonesia

Wakil Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Wakil Presiden Republik Indonesia) adalah pembantu kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia yang bersifat luar biasa dan istimewa. Sebagai pembantu kepala negara, Wakil Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia yang kualitas tindakannya sama dengan kualitas tindakan seorang presiden sebagai kepala negara. Sebagai pembantu kepala pemerintahan, Wakil Presiden adalah pembantu presiden yang kualitas bantuannya di atas bantuan yang diberikan olehMenteri, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari yang didelegasikan kepadanya. Wakil Presiden menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.(wikipedia)


1. Mohammad Hatta (1945-1956)
18 Agustus 1945 – 1 Desember 1956

Biodata dari Mohammad Hatta
Nama : Dr. Mohammad Hatta (Bung Hatta)
Lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Wafat : Jakarta, 14 Maret 1980
Istri : (Alm.) Rahmi Rachim
Anak :
* Meutia Farida
* Gemala
* Halida Nuriah
Gelar Pahlawan : Pahlawan Proklamator RI tahun 1986
Pendidikan :
* Europese Largere School (ELS) di Bukittinggi (1916)
* Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang (1919)
* Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang), Jakarta (1921)
* Gelar Drs dari Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932)

Karir :
* Bendahara Jong Sumatranen Bond, Padang (1916-1919)
* Bendahara Jong Sumatranen Bond, Jakarta (1920-1921)
* Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda (1925-1930)
* Wakil delegasi Indonesia dalam gerakan Liga Melawan Imperialisme dan Penjajahan, Berlin (1927-1931)
* Ketua Panitia (PNI Baru) Pendidikan Nasional Indonesia (1934-1935)
* Kepala Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Jepang (April 1942)
* Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (Mei 1945)
* Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (7 Agustus 1945)
* Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945)
* Wakil Presiden Republik Indonesia pertama (18 Agustus 1945)
* Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan (Januari 1948 - Desember 1949)
* Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag dan menerima penyerahan kedaulatan dari Ratu Juliana (1949)
* Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kabinet Republik Indonesia Serikat (Desember 1949 - Agustus 1950)
* Dosen di Sesko Angkatan Darat, Bandung (1951-1961)
* Dosen di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1954-1959)
* Penasihat Presiden dan Penasihat Komisi IV tentang masalah korupsi (1969)
* Ketua Panitia Lima yang bertugas memberikan perumusan penafsiran mengenai Pancasila (1975)

2. Sri Sultan Hamengku Buwonop IX (1973-1978)
23 Maret 1973–23 Maret 1978

NamaSri Sultan Hamengku Buwono IX
Nama Kecil: Dorodjatun
LahirSompilan Ngasem, Jogjakarta, Sabtu Paing 12 April 1912
(tarikh Jawa Islam tanggal Rabingulakir tahun Jimakir 1842)
Meninggal: RS George Washington University Amerika Serikat, 1 Oktober 1988
Dimakamkan: Astana Saptarengga, Komplek Pemakaman Raja Mataram di Imogiri, Yogyakarta, 8 Oktober 1988
Agama: Islam:
Ayah: Gusti Pangeran Haryo Puruboyo
Ibu: Raden Ajeng Kustilah, puteri Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Raden Ayu Adipati Anom.
Pendidikan: Taman kanak-kanak atau Frobel School asuhan Juffrouw Willer di Bintaran Kidul
Eerste Europese Lagere School (1925)
Hogere Burger School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan Bandung (1931)
Rijkuniversiteit Leiden, jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi

Jabatan:
Selepas Proklamasi 1945 Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan Gubernur Militer DIY
Kabinet Syahrir (2 Oktober 1946 sampai 27 Juni 1947) Menteri Negara
Kabinet Amirsyarifuddin I & II (3 juli 1947 s.d. 11 November 1947 dan 11 November 1947 s.d. 28 Januari 1948) Menteri Negara
Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 s/d 4 Agustus 1949) Menteri Negara
Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 s/d 20 Desember 1949) Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri
Pada masa RIS (20 Desember 1949 s.d. 6 September 1950) Menteri Pertahanan
Kabinet Natsir (6 September 1950 s.d. 27 April 1951) Wakil Perdana Menteri
Tahun 1951 Ketua Dewan Kurator UGM Yogyakarta
Tahun 1956 Ketua Dewan Pariwisata Indonesia
Tahun 1957 Ketua Sidang ke-4 ECAFE (Economic Commision for Asia and the Far East) dan menjadi Ketua Pertemuan Regional ke-11 Panitia Konsultatif Colombo Plan
Tahun 1958 Ketua Federasi Asean Games
5 Juli 1959 Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Tahun 1963 Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata
21 Februari 1966 Menteri Koordinator Pembangunan
11 Maret 1966 Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi (Ekubang)
Tahun 1968 Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
Tahun 1968 Ketua Umum KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia)
Tahun 1968 Ketua Delegasi Indonesia ke Konferensi PATA (PAsific Area Travel Association) di California, Amerika Serikat
25 Maret 1973 Wakil Presiden RI
23 Maret 1978 Mengundurkan diri sebagai Wapres RI dengan alasan kesehatan

3. Adam Malik (1978–1983)

23 Maret 1978 – 11 Maret 1983


Nama : Adam Malik
Lahir: Pematang Siantar, 22 Juli 1917 - Jakarta, 5 September 1984
Istri: Nelly
Anak Lima Orang
Pendidikan:
- Sekolah dasar
- Sekolah agama
- Otodidak
Penghargaan:
- Bintang Mahaputera Kelas IV
- Bintang Republik Indonesia Adhi Pradhana II
- Bintang Satya Lencana
Organisasi dan Karir:
- Ketua Partai Indonesia di Pematang Siantar dan Medan, (1934-1937)
- Mendirikan Kantor Berita Antara di Jakarta, (13 Desember 1937)
- Anggota Eksekutif Partai Gerindo, (1940-1941)
- Anggota Gerakan Pemuda untuk persiapan kemerdekaan di Jakarta, (1945)
- Anggota Badan Persatuan Perjoangan di Yogyakarta, (1945-1946)
- Deputi dan Badan Eksekutif Harian Komite Nasional Indonesia Pusat, (1945-1947)
- Mendirikan Partai Rakyat, (1946)
- Mendirikan Partai Murba, (1948-1956)
- Dipilih menjadi Anggota DPR, (1956)
- Anggota Dewan Pertimbangan Agung Sementara, (1959)
- Duta Besar Luar Biasa Indonesia untuk Uni Soviet dan Polandia, (28 November 1959)
- Delegasi RI untuk Perundingan Indonesia dengan Belanda Masalah Irian Jaya di Washington AS, (Maret 1962)
- Delegasi RI untuk Perundingan Indonesia dengan Belanda Masalah Irian Jaya di Middleburg AS, (September 1962)
- Anggota Dewan Eksekutif Kantor Berita Antara, (September 1962)
- Menteri Perdagangan di Kabinet Kerja, (13 November 1962)
- Menteri Koordinator Ekonomi, (31 Maret 1965)
- Menteri Luar Negeri ad interim, (18 Maret 1966)
- Menteri Politik dan Sosial/Menteri Luar Negeri, (27 Maret 1966)
- Menteri Luar Negeri Kabinet Ampera, (11 Oktober 1967)
- Menteri Luar Negeri Kabinet Pembangunan, (6 Juni 1968)
- United Nations General Assembly New York, (21 September 1971)
- Anggota Independent Commission on International Development Issues (ICIDI), (Oktober 1967) - Ketua MPR DPR, (Oktober 1977-Maret 1978)
- Wakil Presiden RI, (23 Maret 1978)

4. Umar Wirahadikusuma (1983–1988)

11 Maret 1983 – 11 Maret 1988

Jenderal TNI (Purn.) Umar Wirahadikusumah (lahir di SiturajaSumedangJawa Barat10 Oktober 1924 – meninggal di Jakarta21 Maret 2003pada umur 78 tahun) adalah Wakil Presiden Republik Indonesia keempat, yakni pada masa bakti 19831988.


Pada tahun 1983, Umar dipilih MPR menjadi Wakil Presiden melalui Sidang Umum MPR 1983. Pemilihan ini tidak diduga banyak orang, mengingat figur Umar yang walaupun terkenal dengan integritas yang tinggi, masih belum dipersepsikan satu kelas dengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik.
Sebagai Wakil Presiden pada pemerintahan Soeharto, Umar merupakan salah satu dari sedikit orang yang benar-benar berjuang untuk memerangi korupsi. Seorang yang religius, Umar berharap agama dapat menjadi faktor bertobatnya koruptor. Umar juga terkenal dengan inspeksi mendadak ke kota-kota dan desa-desa di daerah, untuk memantau kebijakan pemerintah pada tingkat pelaksanaan dan efek-efeknya pada rakyat.
Masa jabatan Umar berakhir pada Maret 1988 dimana ia digantikan oleh Sudharmono. Banyak kalangan yang kecewa ia tidak menjabat Wakil Presiden untuk masa jabatan selanjutnya. Reputasi baiknya pada saat itu menggugah Sudharmono untuk benar-benar memastikan bahwa Umar tidak bersedia untuk menjabat Wakil Presiden, sebelum ia sendiri bersedia untuk menggantikan Umar.
Umar wafat pada usia 79 tahun dan meninggalkan seorang istri, Ny Karlinah Djaja Atmadja, yang dinikahinya 2 Februari 1957, dan dua orang anak, Rina Ariani dan Nila Shanti, serta enam orang cucu. (wikipedia)

5. Soedharmono (1988–1993)
11 Maret 1988 – 11 Maret 1993


Nama Lengkap : Soedharmono
Alias : Pak Dar | Soedharmono
Kategori : Politikus
Agama : Islam
Tempat Lahir : Cerme, Gresik, Jawa Timur
Tanggal Lahir : Sabtu, 12 Maret 1927 
Zodiac : Pisces
Hobby : 
Warga Negara : Indonesia
Ayah : R. Wiroredjo
Ibu : Soekarsi
Istri : Emma Norma
Pendidikan:
SD, SMP, SLTA, Akademi Hukum Militer (1956) dan Perguruan Tinggi Hukum Militer (lulus 1962).

Soedharmono pernah menjadi jaksa tentara tertinggi di Medan (1957-1961), jaksa tentara merangkap perwira staf Penguasa Perang Tertinggi, Sekretaris Kabinet merangkap Sekretaris Dewan Stabilitas Ekonomi (1966-1972), sejak SU MPR 1988 dan Musyawarah Nasional III Golkar 1983 menjadi ketua Umum Golkar, dan Wakil Presiden kelima RI 1988-1993.


6. Try Sutrisno (1993–1998)

11 Maret 1993 – 11 Maret 1998


Try Sutrisno (lahir di SurabayaJawa Timur15 November 1935; umur 76 tahun) adalah Wakil Presiden Republik Indonesia yang keenam. Ia dilantik sebagai Wakil Presiden dibawah Presiden Soeharto pada Sidang Umum MPR tahun 1993, menggantikan Sudharmono. Ia menjabat sampai tahun 1998 dan digantikan oleh BJ Habibie.
Setelah turunnya Presiden Soeharto dan diizinkannya pembentukan partai-partai politik menyongsong Pemilu 1999, Try Sutrisno aktif dalam kepengurusan Partai Keadilan dan Persatuan yang pada Pemilu 2004 berubah namanya menjadi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.
Di masa kecilnya Try Sutrisno pernah berjualan koran & rokok dikarenakan kedua Agresi Militer yang dilancarkan Belanda yang memaksanya berhenti Sekolah.(Wikipedia)


7. B. J. Habibie (1998)
11 Maret 1998 – 21 Mei 1998



Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
Bacharuddin Jusuf Habibie (lahir di ParepareSulawesi Selatan25 Juni 1936; umur 76 tahun) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid(Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden.

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di HamburgJerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.
Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.
Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.


8. Megawati (1999–2001)
    21 Oktober 1999 – 23 Juli 2001



Tahun 1999
Pemilu 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilu. Meski bukan menang telak, tetapi ia berhasil meraih lebih dari tiga puluh persen suara. Massa pendukungnya, memaksa supaya Mega menjadi presiden. Mereka mengancam, kalau Mega tidak jadi presiden akan terjadi revolusi.
Namun alur yang berkembang dalam Sidang Umum 1999 mengatakan lain: memilih KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden. Ia kalah tipis dalam voting pemilihan Presiden: 373 banding 313 suara.
Tahun 2001
Namun, waktu juga yang berpihak kepada Megawati Sukarnoputri. Ia tidak harus menunggu lima tahun untuk menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid, setelah Sidang Umum 1999 menggagalkannya menjadi Presiden. Sidang Istimewa MPR, Senin (23/7/2001), telah menaikkan statusnya menjadi Presiden, setelah Presiden Abdurrahman Wahid dicabut mandatnya oleh MPR RI.
Megawati Soekarnoputri atau umum dikenal sebagai Mega (lahir di Yogyakarta23 Januari 1947; umur 65 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan anak presiden Indonesia pertama yang mengikuti jejak ayahnya menjadi presiden. Pada 20 September 2004, ia kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam tahap kedua pemilu presiden 2004.
Ia menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999-2001, ia menjabat Wakil Presiden di bawah Gus Dur.
Megawati juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sejak memisahkan diri dari Partai Demokrasi Indonesia pada tahun 1999.(wikipedia)


9. Hamzah Haz (2001–2004)
       26 Juli 2001 – 20 Oktober 2004


Dr. H. Hamzah Haz (lahir di KetapangKalimantan Barat15 Februari 1940; umur 72 tahun) adalah Wakil Presiden Republik Indonesia yang kesembilan yang menjabat sejak tahun 2001 bersamaan dengan naiknya Megawati Soekarnoputri ke kursi Presiden Republik Indonesia. Dalam kepartaian, Hamzah Haz menjabat sebagai Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tahun 1998-2007. (Wikipedia)

10. Jusuf Kalla (2004–2009)

20 Oktober 2004 – 20 Oktober 2009

Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla (lahir di WatamponeBoneSulawesi Selatan15 Mei 1942; umur 70 tahun), atau sering ditulis Jusuf Kalla saja atau JK, adalah mantan Wakil Presiden Indonesia yang menjabat pada 2004 – 2009 dan Ketua Umum Partai Golongan Karya pada periode yang sama. JK menjadi capres bersama Wiranto dalam Pilpres 2009 yang diusung Golkar dan Hanura.

Jusuf Kalla lahir di WatamponeKabupaten BoneSulawesi Selatan pada tanggal 15 Mei 1942 sebagai anak ke-2 dari 17 bersaudara[1] dari pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group. Bisnis keluarga Kalla tersebut meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri. Tahun 1968, Jusuf Kalla menjadi CEO dari NV Hadji Kalla. Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari sekedar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi. Di Makassar, Jusuf Kalla dikenal akrab disapa oleh masyarakat dengan panggilanDaeng Ucu.
Pengalaman organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan Jusuf Kalla antara lain adalah Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Sulawesi Selatan 1960 - 1964, Ketua HMI Cabang Makassar tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969. Sebelum terjun ke politik, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (KadindaSulawesi Selatan. Hingga kini, ia pun masih menjabat Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) di alamamaternyaUniversitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah September 2006.
Jusuf Kalla menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Abdurrahman Wahid (Presiden RI yang ke-4), tetapi diberhentikan dengan tuduhan terlibatKKN. Jusuf Kalla kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di bawah pemerintahan Megawati Soekarnoputri (Presiden RI yang ke-5). Jusuf Kalla kemudian mengundurkan diri sebagai menteri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dengan kemenangan yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI yang ke-6, secara otomatis Jusuf Kalla juga berhasil meraih jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang ke-10. Bersama-sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono, keduanya menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat.
Ia menjabat sebagai ketua umum Partai Golongan Karya menggantikan Akbar Tanjung sejak Desember 2004 hingga 9 Oktober 2009. Pada 10 Januari2007, ia melantik 185 pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan Kekaryaan Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golongan Karya di SlipiJakarta Barat, yang mayoritas anggotanya adalah cendekiawan, pejabat publik, pegawai negeri sipil, pensiunan jenderal, dan pengamat politik yang kebanyakan bergelar master, doktor, dan profesor.
Jusuf Kalla menikah dengan Hj. Mufidah Jusuf, dan dikaruniai seorang putra dan empat putri, serta sembilan orang cucu.
Saat ini, melalui Munas Palang Merah Indonesia ke XIX, Jusuf Kalla terpilih menjadi ketua umum Palang Merah Indonesia periode 2009-2014.
Pada tanggal 10 September 2011, Jusuf Kalla mendapat penganugerahan doktor Honoris Causa dari Universitas HasanuddinMakassar. (wikipedia)


11. Boediono (2009-2014)

      20 Oktober 2009 – 20 Oktober 2014


Prof. Dr. Boediono, M.Ec. (lahir di BlitarJawa Timur25 Februari 1943; umur 69 tahun) adalah Wakil Presiden Indonesia yang menjabat sejak 20 Oktober 2009. Ia terpilih dalam Pilpres 2009 bersama pasangannya, presiden yang sedang menjabat, Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Gubernur Bank IndonesiaMenteri Koordinator Bidang PerekonomianMenteri KeuanganMenteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Direktur Bank Indonesia (sekarang setara Deputi Gubernur). Saat ini ia juga mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada sebagai Guru Besar. Oleh relasi dan orang-orang yang seringkali berinteraksi dengannya ia dijuluki The man to get the job done. (wikipedia)

12.  Jusuf Kalla (2014-2019)
Jabatan Wakil presiden yang ke 2 : 20 Oktober 2014 – 20 Oktober 2019


Pada 19 Mei 2014, JK secara resmi dicalonkan sebagai cawapres mendampingi Joko Widodo dalam deklarasi pasangan capres-cawapres Jokowi-JK, di Gedung Joang '45, Jakarta Pusat. Pasangan ini diusung oleh lima partai yaitu PDI PerjuanganPartai NasdemPartai Kebangkitan BangsaPartai Hanura, dan PKPI.

13. 

Ma'ruf Amin ( 2019- sekarang)

20 Oktober 2019-






Prof. Dr. (H.C.K. H. Ma'ruf Amin (lahir di Kresek, TangerangMasa Pendudukan Jepang11 Maret 1943; umur 77 tahun) adalah politisi, ulama dan dosen Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia. Ma'ruf duduk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden pada masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Ma'ruf Amin lahir di Tangerang, sebuah kabupaten di sebelah barat Jakarta di provinsi Banten (pada saat itu terletak di Jawa Barat yang belum dimekarkan). Dia pertama kali belajar di sekolah rakyat di Kecamatan Kresek. Dia melanjutkan pendidikannya di Pesantren Tebuireng di JombangJawa Timur, sebuah pondok pesantren berpengaruh yang didirikan oleh pendiri NU Hasyim Asy'ari. Kemudian, ia menerima gelar sarjana dalam bidang filsafat Islam dari Universitas Ibnu Khaldun di Bogor, Jawa Barat.[3]
Tak lama setelah lulus dari perguruan tinggi, Ma'ruf melakukan tugas dakwah di Jakarta. Pada saat itu, NU masih merupakan partai politik yang aktif dan Ma'ruf terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam pemilihan umum legislatif 1971. Enam tahun kemudian, pada tahun 1977, ia terpilih menjadi anggota DPRD DKI Jakarta sebagai anggota Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk satu periode (1977–1982) dan menjabat sebagai pemimpin fraksi PPP. Di akhir masa jabatannya, Ma'ruf kembali ke kampus dan aktivisme sosial.[4] Pada tahun 1989, ia ditunjuk sebagai katib 'aam, posisi senior dalam syuriah NU, dewan pemimpin tertinggi. Dia kemudian naik menjadi salah satu dari ra'is, pemimpin, mengawasi kepemimpinan eksekutif Abdurrahman Wahid.
Menyusul jatuhnya Suharto pada tahun 1998, Ma'ruf menjadi penasihat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Wahid dan menjadi penasehat Wahid selama periode kepresidenannya di Indonesia dari tahun 1999–2001.[5][6] Ma'ruf kembali aktif dalam politik dan mewakili PKB di DPR RI dari tahun 1999 hingga 2004. Selama masa jabatan kedua di DPR, Ma'ruf adalah Ketua Komisi IV (pertanian, pangan, dan kelautan) serta anggota Komisi II (urusan pemerintahan dan otonomi daerah) dan Dewan Anggaran.[3][6]
Ketika menjadi anggota DPR selama 1999-2004, Ma'ruf mengetuai Komisi Fatwa Majelis Ulama yang bertugas mengeluarkan pendapat hukum (fatwa). Dia tidak mengikuti pemilihan kembali ke DPR pada tahun 2004 dan kembali ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk memimpin Dewan Syariah Nasional (memimpin dari 2004 hingga 2010). Ia juga menjabat sebagai penasihat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Dewan Pertimbangan Presiden dari 2007 hingga 2014..[7]
Ma'ruf Amin sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (2007).
Pada 2015 Ma'ruf mencalonkan diri untuk posisi menaikkan 'aam syuriah NU, setara dengan ketua dewan pemimpin tertinggi. Dia menang di posisi kedua setelah petahana Ahmad Mustofa Bisri dari Pesantren Raudlatuth Thalibin Rembang. Dalam perkembangan yang signifikan, Bisri menarik namanya dari pemilihan dan Ma'ruf kemudian terpilih ke posisi itu dalam Kongres ke-33 NU.[4]
Beberapa minggu setelah naik ke jabatan tertinggi NU, Ma'ruf terpilih menjadi ketua MUI, menggantikan Din Syamsuddin dari Muhammadiyah pada 27 Agustus 2015.[8]