Kekayaan, kesuksesan, dan cinta
Suatu ketika, ada
seorang wanita yang kembali pulang ke rumah,dan ia melihat ada 3 orang pria
berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.
Wanita itu berkata: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua
pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk
menganjal perut."
Pria berjanggut
itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?" Wanita itu
menjawab, "Belum, dia sedang keluar." "Oh kalau begitu, kami tak
ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali," kata pria itu.
Di waktu senja,
saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang
suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya,
"Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk
untuk menikmati makan malam ini."
Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk
masuk ke dalam. "Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama," kata
pria itu hampir bersamaan. "Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa
heran.
Salah seorang
pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk
seorang pria berjanggut di sebelahnya, dan "sedangkan yang ini bernama
Kesuksesan", sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. "Sedangkan
aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa di antara
kami yang boleh masuk ke rumahmu."
Wanita itu
kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa
heran. "Ohho... menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak
si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."
Istrinya tak
setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "Sayangku, kenapa kita tak
mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu
keberhasilan panen gandum kita."
Ternyata, anak
mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan
masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta
yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan
Cinta."
Suami-istri itu
setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si Cinta ini
ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita." Wanita
itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa di antara Anda
yang bernama Cinta? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam
ini."
Si Cinta bangkit,
dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut
lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan
dan si Kesuksesan. "Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam,
tapi kenapa kamu ikut juga?"
Kedua pria yang
ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si kekayaan, atau
si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda
mengundang si Cinta, maka, kemana pun Cinta pergi, kami akan ikut selalu
bersamanya. Di ana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut
serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa
melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan
yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani
hidup ini."
Cinta
adalah cinta
Sejak semula, keluarga si cantik tidak menyetujui
hubungannya dengan sang pemuda. Mereka mengajukan alasan mengenai latar
belakang keluarga si pemuda, bahwa jika si cantik memaksa terus bersama dengan
sang pemuda, dia akan menderita seumur hidupnya, penderitaan yang mungkin tak
dapat ia tanggungkan.
Karena tekanan dari keluarganya, si cantik jadi sering
bertengkar dengan pacarnya. Si Cantik itu benar-benar mencintainya, dan dia
terus-menerus bertanya, "Seberapa besar kamu mencintaiku?"
Sang pemuda tidak begitu pandai berbicara, dia selalu
membuat si cantik marah. Dan komentar-komentar dari orangtuanya membuatnya
bertambah kesal. Sang pemuda selalu menjadi sasaran pelampiasan kemarahannya.
Dan sang pemuda selalu membiarkannya melampiaskan kemarahannya kepadanya...
Setelah beberapa saat, sang pemuda lulus dari perguruan
tinggi. Ia bermaksud meneruskan kuliahnya ke luar negeri, tapi sebelum dia
pergi, dia melamar si cantik, "Saya tidak tahu bagaimana mengucapkan
kata-kata manis, tapi saya tahu bahwa saya mencintaimu. Jika kamu setuju, saya
ingin menjagamu seumur hidupmu. Mengenai keluargamu, saya akan berusaha keras
untuk meyakinkan mereka agar menyetujui hubungan kita. Maukah kamu menikah
denganku?"
Si cantik setuju, dan keluarganya setelah melihat usaha
dari sang pemuda, akhirnya merestui hubungan mereka. Sebelum pemuda itu
berangkat, mereka bertungan terlebih dahulu. Si cantik tetap tinggal di kampung
halaman dan bekerja, sementara sang pemuda meneruskan kuliahnya di LN. Mereka
melanjutkan hubungan mereka melalui surat dan telepon. Kadang-kadang timbul
kesulitan, tapi mereka tidak menyerah terhadap keadaan.
Suatu hari, dalam perjalanan ke tempat perhentian bis
sepulang dari kerja, si cantik tertabrak mobil hingga tak sadarkan diri. Ketika
siuman, dia melihat kedua orangtuanya dan menyadari betapa beruntungnya dia
dapat selamat. Melihat air mata orangtuanya, dia berusaha untuk menghibur
mereka.
Tetapi dia menemukan... bahwa dia tidak dapat berbicara
sama sekali. Dia bisu. Menurut dokter kecelakaan tersebut telah mencederai
otaknya, dan itu menyebabkannya bisu seumur hidupnya. Mendengar orangtuanya
membujuknya, tapi tidak dapat menjawab sepatah kata pun, cantik tersebut
pingsan. Sepanjang hari hanya dapat menangis dan membisu. Ketika akhirnya dia
boleh pulang dari RS, dia mendapati rumahnya masih seperti sedia kala. Hanya
jika telepon berdering, dia menjadi pilu. Dering telepon telah menjadi mimpi
terburuknya. Dia tidak dapat memberitakan kabar buruk tersebut kepada pacarnya
dan menjadi bebannya. Dia menulis sepucuk surat untuknya, memberitahukan bahwa
dia tidak mau lagi menunggunya. Hubungan antara mereka sudah putus, bahkan dia
mengembalikan cincin pertunangan mereka. Mendapat surat dan telepon dari si
pemuda, dia hanya bisa menitikkan air mata.... Ayahnya tidak tahan melihat
penderitaannya, dan memutuskan untuk pindah. Berharap bahwa dia dapat melupakan
segalanya dan menjadi lebih bahagia.
Pindah ke tempat baru, si cantik mulai belajar bahasa
isyarat. Dia berusaha melupakan sang pemuda. Suatu hari sahabatnya
memberitahukan bahwa pemuda itu telah kembali dan mencarinya ke mana-mana. Dia
meminta sahabatnya untuk tidak memberitahukan di mana dia berada dan menyuruh
pemuda itu untuk melupakannya.
Lebih dari setahun, tidak terdengar lagi kabar pemuda itu
sampai akhirnya sahabat si cantik menyampaikan bahwa sang pemuda akan menikah
dan menyerahkan surat undangan. Dia membuka surat undangan itu dengan hati
pedih, dan menemukan namanya tercantum dalam undangan. Sebelum dia sempat
bertanya kepada sahabatnya, tiba-tiba sang pemuda muncul di hadapannya. Dengan
bahasa isyarat yang kaku, ia menyampaikan bahwa, "Aku telah menghabiskan
waktu lebih dari setahun untuk mempelajari bahasa isyarat, agar dapat
memberitahukan kepadamu bahwa aku belum melupakan janji kita, berikan aku
kesempatan, biarkan aku menjadi suaramu. I L O V E Y O U."
Melihat bahasa isyarat tersebut, dan cincin
pertunangannya, si cantik akhirnya tersenyum.
Perlakukan setiap cinta seakan cinta terakhirmu., baru
kamu akan belajar cara memberi. Perlakukan setiap hari seakan hari terakhirmu.,
baru kamu akan belajar cara menghargai. Jangan pernah menyerah. Ingatlah bahwa
kasih yang paling indah dan sukses yang terbesar, mengandung banyak resiko.
Yakinlah pada dirimu ketika kamu berkata: Aku mencintaimu.
Cinta
dan waktu
Tersebutlah, di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai
macam benda-benda abstrak. Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan
sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang
badai menghempas dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu.
Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.
Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang
dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari
pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta.
Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.
"Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!" teriak Cinta.
"Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan,
"perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta,
nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku
ini."
Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta
sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya.
"Kegembiraan! Tolong aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu
gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang. Ia
kian panik. Tak lama lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Bawalah aku
bersamamu!", teriak Cinta.
"Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa
membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini," sahut
Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis
terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku
bersamamu," kata Cinta.
"Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin
sendirian saja..." kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.
Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan
menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara,
"Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!"
Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua
dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air
menenggelamkannya. Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera
pergi lagi. Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak
mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera
menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya lelaki
tua tadi.
"Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu." kata
orang itu. "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan
teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku" tanya Cinta heran.
"Sebab," kata orang itu, "hanya Waktu-lah
yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu ..."
Angin
di daun pohon
Alasan mengapa orang-orang memanggilku "Pohon"
karena aku sangat baik dalam menggambar pohon. Setelah itu, aku selalu
menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua
lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 orang wanita ketika aku masih di
SMA.
Ada satu wanita yang aku sangat aku cintai, tapi aku
tidak punya keberanian untuk mengatakannya. Dia tidak memiliki wajah yang
cantik, tubuh yang sexy, dan sebagainya. Dia sangat peduli dengan orang lain
dan religius. Tapi dia hanya wanita biasa saja.
Aku menyukainya, sangat menyukainya, menyukai gayanya
yang innocent dan apa adanya, kemandiriannya, aku menyukai kepandaiannya dan
kekuatannya.
Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena aku merasa dia
yang sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku juga takut, jika kami bersama
semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku juga takut kalau gosip-gosip
yang ada akan menyakitinya. Aku merasa dia adalah "sahabatku" dan aku
akan memilikinya tiada batasnya dan aku tidak harus memberikan semuanya hanya
untuk dia.
Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam
berbagai pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tau aku mengejar gadis-gadis lain,
dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun.
Ketika aku mencium pacarku yang kedua, dan terlihat
olehnya. Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah dan berkata "lanjutkan
saja..." dan setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya, matanya
bengkak, dan merah...
Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya
menangis, but aku tertawa dengannya seharian. Ketika semuanya telah pulang, dia
sendirian di kelas untuk menangis. Dia tidak tahu bahwa aku kembali dari
latihan sepakbola untuk mengambil sesuatu di kelas, dan aku melihatnya menangis
selama sejaman.
Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Pernah sekali mereka
berdua perang dingin, aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin. Tapi
aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan
air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi
meninggalkannya bersama pacarku. Esoknya masih tertawa dan bercanda denganku
seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu bahwa dia sangat sedih dan
kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia, aku
juga sedih.
Ketika aku putus dengan pacarku yang ke-5, aku
mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada
sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali
bahwa dia juga ada sesuatu yang ingin dia katakan padaku. Aku cerita padanya
tentang putusnya aku dengan pacarku dan dia berkata tentang dia sedang memulai
suatu hubungan dengan seseorang. Aku tahu pria itu. Dia sering mengejarnya
selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik.
Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakitnya hatiaku, tapi
hanya bisa tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika aku sampai di rumah,
sakit hatiku bertambah kuat dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu
yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak namun
tidak bisa.
Air mata mengalir dan aku jatuh menangis. Sudah sering
aku melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan kehadirannya.
Ketika upacara kelulusan, aku membaca SMS di
handphone-ku. SMS itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis.
SMS itu berbunyi, "Daun terbang karena Angin
bertiup atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal?"
DAUN
Selama SMA, aku suka mengoleksi daun-daun, kenapa? Karena
aku merasa bahwa daun membutuhkan banyak kekuatan untuk meninggalkan pohon yang
selama ini ditinggali.
Selama 3 thn di SMA, aku dekat dengan seorang pria, bukan
sebagai pacar tapi "Sahabat". Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk
yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku
pelajari sebelumnya, CEMBURU. Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan
dengan menggunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon busuk. Mereka hanya
bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang
luar biasa gembiranya. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi.
Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga menyukaiku,
but mengapa dia tidak mau mengatakannya? Sejak dia mencintaiku, mengapa dia
tidak yang memulainya dulu untuk melangkah? Ketika dia punya pacar baru lagi,
hatiku selalu sakit. Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sakit.
Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk
sebelah tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan sangat baik di luar
perlakuannya hanya untuk seorang teman?
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati, aku tahu
kesukaannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa
diketahui. Kau tidak mengharapkan aku sebagai seorang wanita untuk
mengatakannya bukan?
Di luar itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya
perhatian, menemaninya, dan mencintainya. Berharap, bahwa suatu hari, dia akan
datang dan mencintaiku. Hal itu seperti menunggu telponenya setiap malam,
mengharapkannya untuk mengirimku SMS. Aku tau sesibuk apa pun dia, dia pasti
meluangkan waktunya untukku. Karena itu, aku menunggunya. 3 tahun cukup berat
untuk kulalui dan aku mau menyerah. Kadang aku berpikir untuk tatap menunggu.
Luka dan sakit hati, dan dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini.
Ketika diakhir tahun ke-3, seorang pria mengejarku, dia
adalah adik kelasku, setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Dari penolakan
yang telah dia tunjukkan, aku merasa bahwa aku ingin memberikan dia ruang kecil
di hatiku.
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup
daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku tidak ingin
memberikan Angin ini ruang yang kecil di hatiku.
Aku tau Angin ini akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh
dan ke tempat yang lebih baik. Akhirnya aku meninggalkan Pohon. Tapi Pohon
hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal, aku sangat sedih
memandangnya tersenyum ke arahku.
"Daun terbang karena Angin bertiup atau Pohon tidak
memintanya untuk tinggal?"
ANGIN
Karena aku menyukai seorang gadis bernama Daun, karena
dia sangat bergantung pada Pohon, jadi aku harus menjadi Angin yang kuat.
Angin akan meniup Daun terbang jauh. Ketika aku pertama
kalinya, ketika 1 bulan setelah aku pindah sekolah. Aku melihat seorang
memperhatikan kami bermain sepakbola. Ketika itu, dia selalu duduk di sana
sendirian atau dengan teman-temannya memerhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara
dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun,
ada senyum di matanya. Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti daun yang
suka melihat Pohon. Satu hari, dia tidak tampak, aku merasakan kehilangan.
Seniorku juga tidak ada saat itu, Aku pergi ke kelas
mereka, melihat seniorku sedang memperhatikan daun. Air mata mengalir di mata
daun ketika Pohon pergi, besoknya, aku melihat Daun di tempatnya yang biasa,
memperhatikan Pohon. Aku melangkah dan tersenyum padanya. Menulis catatan dan
memberikan kepadanya. Dia sangat kaget.
Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima catatanku.
Besoknya, dia datang, menghampiriku dan memberiku catatan. "Hati Daun
sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi, hal itu karena Daun tidak mau
meninggalkan Pohon." Aku melihat ke arahnya dengan kata-kata tersebut dan
pelan dia mulai berkata padaku dan menerima kehadiranku dan teleponku.
Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan
berusaha agar suatu hari dia menyukaiku. Selama 4 bulan, aku telah mengucapkan
kata Cinta tidak kurang dari 20 kali kepadanya. Setiap kali dia mengalihkan
pembicaraan... tapi aku tidak menyerah, aku memutuskan untuk memiliki dia dan
berharap dia akan setuju menjadi pacarku.
Aku bertanya, "apa yang kau lakukan? Kenapa kau
tidak pernah membalas?" Dia berkata, "aku menengadahkan
kepalaku".
"Ah?" Aku tidak percaya apa yang aku
dengar."Aku menengadahkan kepalaku" dia berteriak.
Aku meletakkan telepon, berpakaian dan naik taxi ke
tempat dia, dan dia membuka pintu, aku memeluknya kuat-kuat.
"Daun terbang karena tiupan Angin atau karena Pohon
tidak memintanya untuk tinggal". (dari berbagai milis)
Keajaiban
dunia
Sekelompok pelajar kelas geografi belajar mengenai
"Tujuh Keajaiban Dunia". Pada akhir pelajaran, guru meminta pelajar
tersebut untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan "Tujuh
Keajaiban Dunia" saat ini. Para pelajar bergumam, tertawa, dan berpikir.
Mereka membayangkan semua yang hebat, yang mencengangkan.Walaupun ada beberapa
ketidaksesuaian, sebagian besar daftar berisi:
1. Piramida Besar di Mesir
2. Taj Mahal
3. Grand Canyon
4. Panama Canal
5. Empire State Building
6. St. Peter's Basilica
7. Tembok China
Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru
memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum
mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia
mempunyai kesulitan dengan daftarnya.
Gadis pendiam itu menjawab, "Ya, sedikit. Saya tidak
bisa memilih karena sangat banyaknya."
Sang guru berkata, "Baik, katakan pada kami apa yang
kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya."
Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca,"Saya pikir
Tujuh Keajaiban Dunia adalah:
1. Bisa bersyukur
2. Bisa merasakan
3. Bisa tertawa
4. Bisa mendengar
Dia ragu lagi sebentar, dan kemudian
melanjutkan...
5. Bisa berbagi
6. Bisa mencintai
7. Dan bisa dicintai
Ruang kelas tersebut sunyi
seketika...
Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada
eksploitasi manusia dan menyebutnya "keajaiban" sementara kita lihat
lagi semua yang telah Tuhan lakukan untuk kita, menyebutnya sebagai
"biasa".Semoga Anda hari ini diingatkan tentang segala hal yang
betul-betul ajaib dalam kehidupan Anda. bersyukurlah untuk apa yg telah anda
dapatkan sampai saat ini, karena itu sesungguhnya semua merupakan suatu
"keajaiban".
Kearifan
emas
Seorang pemuda mendatangi Zun-Nun dan bertanya, "Guru,
saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat
sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat
perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan
lain."
Sang sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari
salah satu jarinya, lalu berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu,
tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah
ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping
emas?"
Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa
ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga
itu." "Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil."
Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin
itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada
yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping
emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak
berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan
Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu
keping perak."
Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata,
"Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan
kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja
bagaimana ia memberikan penilaian."
Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia
kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor,
"Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari
cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya
nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para
pedagang di pasar."
Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih,
"Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa
dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di
pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".
"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang,
hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa.
Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses, wahai sobat
mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar
dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita
lihat sebagai loyang ternyata emas."
Kasih anjing kecil
Seekor anak
anjing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika dia
mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya.
"Kamu pasti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan mengetahui
kalau pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya. Karena
saya bisa mengangkut banyak barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu
tidak akan bernilai sama sekali baginya", ujarnya dengan sinis.
Anjing kecil itu
menundukkan kepalanya dan pergi. Tapi, dari kandang sebelah, ia mendengar suara
seekor sapi. "Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab
nyonya di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak
berguna bagi keluarga di sini", dengan nada mencemooh.
Belum lagi
kesedihannya hilang, ia mendengar teriakan domba. "Hai sapi, kedudukanmu
tidak lebih tinggi dari saya. Aku memberi mantel bulu kepada pemilik ladang
ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi omonganmu soal
anjing kecil itu, memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya di
sini."
Satu demi satu
binatang di situ ikut serta dalam pencemoohan itu, sambil menceritakan betapa
tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah
memberikan telur, kucing bangga bagaimana dia telah mengenyahkan tikus-tikus
pengerat dari ladang itu. Semua binatang sepakat kalau si anjing kecil itu
adalah mahluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan kontribusi apapun kepada
keluarga itu.
Terpukul oleh
kecaman binatang-binatang lain, anjing kecil itu pergi ke tempat sepi dan mulai
menangis menyesali nasibnya. Sedih rasanya, sudah yatim piatu, dianggap tak berguna,
disingkirkan dari pergaulan pula...
Ada seekor anjing
tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu menyimak keluh kesah si anjing
kecil itu. "Saya tidak dapat memberikan pelayanan kepada keluarga di sini,
sayalah hewan yang paling tidak berguna di sini..."
Terharu, anjing
tua berkata, "Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati.
Kamu tidak bisa memberikan telur, susu ataupun bulu. Tetapi bodoh sekali jika
kamu menangisi sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan
yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan."
Malam itu ketika
pemilik ladang baru pulang dan tampak amat lelah karena perjalanan jauh di
panas terik matahari, anjing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya
dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang
dan anjing kecil itu berguling-guling di rumput disertai tawa ria. Akhirnya
pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, dan
berkata, "Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua
jadi sirna, bila kau menyambutku semesra ini. Kamu sungguh yang paling berharga
di antara semua binatang di ladang ini. Kamu kecil, tapi sangat mengerti
artinya kasih..."
Jangan sedih
ketika kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain karena memang
tidak memiliki kemampuan untuk itu. Tetapi apa yang kamu dapat lakukan,
kerjakan itu dengan sebaik-baiknya. Dan jangan sombong jika kamu merasa banyak
melakukan beberapa hal pada orang lain, karena orang yang tinggi hati akan direndahkan
dan orang yang rendah hati akan ditinggikan. Selalu begitu. (awl-CN02)
Marilah berbuat baik...
Dia hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri di
pinggir jalan itu. Tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita
tua itu membutuhkan pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiac-nya di
depan mobil Mercedes wanita tua itu, keluar dan menghampirinya.
Walaupun dengan wajah tersenyum wanita tua itu tetap
merasa khawatir. Setelah menunggu beberapa jam dan tidak ada seorang pun yang
menolongnya, tidakkah lelaki itu bermaksud menyakitinya? Lelaki tersebut
penampilanya tidak terlalu baik. Ia kelihatan begitu memprihatinkan. Wanita tua
itu dapat merasakan kalau dirinya begitu ketakutan; berdiri sendirian dalam
cuaca yang begitu dingin. Lelaki tersebut tahu apa yang ia pikirkan.
"Saya kemari untuk membantu Anda, Bu. Kenapa Anda
tidak menunggu di dalam mobil, bukankah di sana lebih hangat? Oh... ya nama
saya Bryan?" Ya, dia memang sudah terlalu lelah, apalagi untuk wanita
setua, menunggu dalam dingin kini benar-benar terasa berat.
Bryan masuk ke dalam kolong mobil wanita tua itu untuk
memperbaiki yang rusak. Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor
dan lelah. Wanita tua itu membuka kaca jendela mobilnya, dan berbicara kepadanya.
"Saya dari St. Louis, kebetulan lewat di jalan ini. Saya sungguh merasa
tidak cukup hanya mengatakan terima kasih atas pertolongan yang Anda
berikan." Wanita tua itu berkata berapa yang harus ia bayar. Berapapun
jumlahnya yang Bryan minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa
yang akan terjadi jika lelaki tersebut tidak menolongnya.
Bryan hanya tersenyum. "Bu, menolong orang itu bukan
pekerjaan, karena itu tidak layak suatu imbalan. Saya yakin, apabila menolong
seseorang, suatu hari nanti Tuhan juga akan menolong saya, dengan tangan yang
berbeda. Amal itu berputar, Bu?" "Bila Ibu benar-benar ingin membalas
jasa saya, suatu saat nanti apabila ia melihat seseorang yang membutuhkan
pertolongan maka tolonglah orang tersebut, ingatlah pada saya".
Bryan menunggu sampai wanita tua itu menstater mobilnya,
lalu hilang dari pandangan. Setelah berjalan beberapa mil wanita tua itu
melihat kafe kecil. Ia lalu mampir ke sana untuk makan dan beristirahat
sebentar. Seorang pelayan wanita datang dan memberikan handuk bersih untuk
mengeringkan rambutnya yang basah. Wanita tua itu memperhatikan sang pelayan
yang sedang hamil, dan masih begitu muda. Lalu ia teringat kepada Bryan.
Setelah wanita tua itu selesai makan dan sang pelayan
sedang mengambil kembalian untuknya, wanita tua itu pergi keluar secara
diam-diam. Setelah kepergiannya, sang pelayan kembali. Pelayan itu celingukan,
bingung, tak menemukan wanita tua itu. Di meja, ia menemukan secarik kertas,
dan selembar uang $1000. Ia begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis
oleh wanita tua itu:
"Kamu tidak berhutang apa pun pada saya. Karena
seseorang telah menolong saya, oleh karena itulah saya menolong kamu, maka
inilah yang harus kamu lakukan: jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta
dan kasih sayang".
Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, pelayan itu
berpikir mengenai uang dan apa yang ditulis oleh wanita tua itu. Bagaimana
wanita itu bisa tahu kalau ia dan suaminya sangat membutuhkan uang untuk
menanti kelahiran bayinya?
Ia tahu bagaimana suaminya sangat risau mengenai hal ini.
Lalu, ia memeluk suaminya yang terbaring di sebelahnya dan memberikan kecupan
yang lembut sambil berbisik, "Semuanya akan baik-baik saja, I Love You,
Bryan".
Hadiah cinta seorang ibu
"Bisa saya
melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan. Ketika
gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus
wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan napasnya. Dokter yang
menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi
itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!
Waktu membuktikan
bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja
dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.
Suatu hari anak
lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang
ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan
tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki
besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh.
"Anak lelaki
itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman
sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia
ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya
kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa
kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang
dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa
memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia
mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu
mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada
mereka.
Beberapa bulan
sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak,
seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu.
Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun,
semua ini sangatlah rahasia," kata sang ayah.
Operasi berjalan
dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu
berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.
Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia
menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia
mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku
sama sekali belum membalas kebaikannya."
Ayahnya menjawab,
"Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah
memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan,
"Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua
rahasia ini."
Tahun berganti
tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari
tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak
lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan
perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku
itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah.... bahwa sang ibu tidak memiliki
telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan
rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia
telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?" Kecantikan yang sejati
tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang
hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak
dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan
dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.
Cermin Seekor Burung
KETIKA musim
kemarau baru saja mulai. Seekor burung pipit mulai merasakan tubuhnya
kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat. Dia
lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya,
terbang jauh ke utara, mencari udara yang selalu dingin dan sejuk.
Benar, pelan
pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin
bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.
Terbawa oleh nafsu,
dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal,
dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju.
Sampai ke tanah,
salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal. Si burung pipit tak
mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat.
Dia merintih
menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor kerbau yang kebetulan
lewat menghampirinya. Namun si burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor
kerbau. Dia menghardik si kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang
tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.
Si kerbau tidak
banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat di atas burung
tersebut. Si burung pipit semakin marah dan memaki maki si kerbau. Lagi-lagi si
kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke
atas tubuh si burung. Seketika itu si burung tidak dapat bicara karena
tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa mati tak bisa bernapas.
Namun perlahan lahan,
dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan-pelan meleleh
oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit
yang cerah. Si burung pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas
puasnya.
Mendengar ada
suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara,
mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang nimang,
menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada
bulu si burung. Begitu bulunya bersih, si burung bernyanyi dan menari
kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.
Namun apa yang
terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si burung,
dan tamatlah riwayat si burung pipit ditelan oleh si kucing.
Hmm... tak sulit
untuk menarik garis terang dari kisah ini, sesuatu yang acap terjadi dalam
kehidupan kita: halaman tetangga tampak selalu lebih hijau; penampilan acap
menjadi ukuran; yang buruk acap dianggap bencana dan tak melihat hikmah yang
bermain di sebaliknya; dan merasa bangga dengan nikmat yang sekejap. Burung
pipit itu adalah cermin yang memantulkan wajah kita... (CN02)
Mari Belajar pada Beruang
SEEKOR beruang
yang bertubuh besar sedang menunggu seharian dengan sabar di tepi sungai deras.
Waktu itu memang tidak sedang musim ikan. Sejak pagi ia berdiri di sana mencoba
meraih ikan yang meloncat keluar air. Namun, tak satu juga ikan yang berhasil
ia tangkap.
Setelah
berkali-kali mencoba, akhirnya... hup... ia dapat menangkap seekor ikan kecil.
Ikan yang tertangkap menjerit-jerit ketakutan. Si ikan kecil itu meratap pada
sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."
"Mengapa,"
tanya sang beruang.
"Tidakkah
kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-celah gigimu,"
rintih sang ikan.
"Lalu
kenapa?" tanya beruang lagi.
"Begini
saja, tolong kembalikan aku ke sungai. Setelah beberapa bulan aku akan tumbuh
menjadi ikan yang besar. Di saat itu kau bisa menangkapku dan memakanku untuk
memenuhi seleramu," kata ikan.
"Wahai ikan,
kau tahu mengapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang.
"Mengapa?"
ikan balas bertanya sambil menggeleng-geleng kepalanya.
"Karena aku
tak pernah menyerah walau sekecil apa pun keberuntungan yang telah tergenggam
di tangan!" jawab beruang sambil tersenyum mantap.
"Ops!"
teriak sang ikan, nyaris tersedak.
Dalam hidup, kita
diberi banyak pilihan dan kesempatan. Namun jika kita tidak mau membuka hati
dan mata kita untuk melihat dan menerima kesempatan yang Tuhan berikan maka
kesempatan itu akan hilang begitu saja. Dan hal ini hanya akan menciptakan
penyesalan yang tiada guna di kemudian hari, saat kita harus berucap :
"Ohhh....Andaikan aku tidak menyia2kan kesempatan itu dulu...?"
Maka bijaksanalah
pada hidup, hargai setiap detil kesempatan dalam hidup kita. Di saat sulit,
selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan; di saat sedih, selalu ada
kesempatan untuk meraih kembali kebahagiaan; di saat jatuh selalu ada
kesempatan untuk bangkit kembali; dan dalam kesempatan untuk meraih kembali
yang terbaik untuk hidup kita.
Bila kita setia
pada perkara yang kecil maka kita akan mendapat perkara yang besar. Bila kita
menghargai kesempatan yang kecil, maka ia akan menjadi sebuah kesempatan yang
besar. (CN02)
SUKA, CINTA dan SAYANG
Di hadapan orang
yang kita cintai, musim dingin berubah menjadi musim semi yang
indah.
Di hadapan orang
yang kita sukai, musim dingin tetap saja musim dingin, hanya
suasananya lebih
indah sedikit.
Di hadapan orang
yang kita cintai, jantung kita tiba-tiba berdebar lebih cepat.
Bersama orang
yang kita sukai, kita hanya merasa senang dan gembira saja..
Apabila kita
melihat mata orang yang kita cintai, mata kita akan berkaca-kaca.
Apabila kita
melihat mata orang yang kita sukai, kita hanya tersenyum saja..
Di hadapan orang
yang kita cintai, kata-kata yang keluar berasal dari perasaan
yang terdalam.
Di hadapan orang
yang kita sukai, kata-kata hanya keluar dari pikiran saja..
Jika orang yang
kita cintai menangis, kitapun akan ikut menangis di sisinya.
Jika orang yang
kita sukai menangis, kita hanya akan menghiburnya saja.
Perasaan cinta
dimulai dari mata, tapi rasa suka dimulai dari telinga.
jika kita mau
berhenti menyukai seseorang cukup dengan menutup telinga.
Tapi jika kita
mencoba menutup mata kita dari orang yang kita cintai, cinta itu
berubah menjadi
tetesan airmata dan terus tinggal dihati kita dalam waktu yang
cukup lama..
Namun, ada
perasaan lain yang lebih mendalam dari rasa suka dan cinta yaitu
sayang Rasa yang
tidak mudah hilang dan berubah secepat rasa cinta Perasaan yang
dapat membuat
kita mau berkorban untuk orang yang kita sayangi dan mau menderita
demi kebahagiaan
orang yang kita sayangi..
Cinta ingin
memiliki. Tapi SAYANG hanya ingin melihat orang yang disayanginya
bahagia walaupun
harus kehilangan ..........
Manakah yang kita
punya...
Sumber : Sarikata.com
RENUNGAN
Saudaraku………
Tolong tundukkan kepala dan pejamkan mata kalian..
Jernihkan pikiran Saudara dari persoalan dunia
dan ingatlah bahwa kita hidup didunia hanya sekedar ”Mampir ngombe”.
Saudaraku.....
Tuliskan nama anda dalam pikiran anda dan bayangkan bahwa nama inilah yang kelak akan tertulis dibatu nisan anda.
Dibawah itu tulislah nama orang yang paling kita hormati, orang yang paling mulia ibunda tercinta yang telah mengandung anda selama 9 bulan 10 hari, yang telah melahirkan kita dari rahimnya dengan taruhan nyawa.
Kemudian bayangkan di bawah nama ibumu tuliskan juga nama yang mulia ayahanda tercinta, lelaki yang tidak mengenal waktu untuk berjuang guna menafkahi hidup kita.
Setelah itu di bawahnya tuliskan nama istri/suami, sosok manusia yang selalu mendampingi kita dikala suka dan duka, yang selalu berdo’a untuk keselamatan kita dan selalu menunggu kepulangan kita .....
Dan jangan lupa di bawahnya Saudara tulis nama anak-anak anda, manusia tanpa dosa yang diamanahkan Tuhan kepada kita ....
Saudaraku .....
Mari kita coba... dengan perlahan-lahan, dengan mata yang masih kita pejamkan coba...rasakan ... rasakan ....
Rasakan ... rasakan ...
Kita lihat di depan kita jalan yang lurus ....
dikanan kita gelap gulita sehingga kita tidak dapat melihat apa-apa....,
dan dengan perlahan-lahan dan tertatih-tatih kita berusaha jalan terus ...
dan dengan remang-remang didepan kita terlihat rumah yang sudah tua ...
Dipojok rumah itu ada kursi yang terbuat dari bambu ......
diatas kursi duduk seorang wanita ... perlahan-lahan kita pandangi wajah itu ...
dengan penuh perasaan ... itulah ibunda tercinta ...
wanita yang telah menyabung nyawa menahan sakiiiit ...
bersimbah darah karena air ketubannya pecah ketika melahirkan kita dari rahimnya . Pandangilah dan terus pandangilah wajah itu ...
Wajah ibu yang kini mungkin telah tiada,
wajah ibu yang senang dan gembira sekali ketika engkau lahir di dunia.
Dan ibu yang sudah tidak sabar kepingin lihat engkau kecil dilahirkan ...
Ibumu memanggil-manggil bidan. Bidan ..... bidan .....
bagaimana anakku bidan, dengan suara lirih karena menahan sakit dan kehabisan tenaga dia memanggil bidan,
kemudian melanjutkan dia melanjutkan panggilannya............
” Bagaimana kondisi anakku bidan..........sehatkah...........lengkapkah?
Bidan lalu menjawab ....SEHAT BU........lengkap bu........
tapi ibumu tidak percaya dan dia meminta kepada bidan untuk mendekatkan engkau yang baru lahir.
Setelah itu mengamati kamu dari ujung kaki sampai ujung rambut, setelah itu menghitung jari – jarimu satu...........dua..............tiga dan seterusnya sampai hitungan 10.
Kemudian dengan wajah yang sangat ceria dari mulut ibumu keluar suara ”ALHAMDULILLAH” Allah Maha Besar.
Disampingnya duduk seorang lelaki....lelaki yang kulitnya sudah keriput karena dimakan usia ...lelaki yang telah berjalan jauh mencarikan nafkah buat keluargannya.
bayangkan ketika kamu masih kecil ...
bapak selalu menggendong...
mengajarimu naik sepeda... sabar-sabar sekali dia.
bayangkan ..........nun jauh di sana ...........mereka menunggumu.......
dengan wajah suka cita .
Mengharap agar engkau berhasil dalam perjuangan hidup ini.
Itulah wajah Istri / Suami dan anak – anak.
Mereka begitu sabar ......sabar dengan iringan doa untukmu.
Saudaraku.......................
Bersyukurlah atas Nikmat Allah selama ini,
nikmat kesehatan,
nikmat kebahagiaan,
nikmat anak, istri / suami dan keluargamu.
Engkau yakin adanya Tuhan ?
.............Engkau yakin yakin.,
JAWAB.........AYO JAWABLAH
BOHONG !!! .............
Engkau yakin...............
BOHONG !!! ................................
Kalau engkau yakin kenapa masih menyakiti istrimu,
menyakiti suamimu.................
menyakiti anak-anakmu.....
Engkau bawa kemana kakimu selama ini..................
Mengapa engkau beri anakmu dengan uang haram...............
dan anakmu kelak di hari kemudian akan berkata kepada kepada Tuhan
masukkan ayah ibuku ke neraka .......
karena selama ini mereka telah mengisi perutku dengan uang haram.............
Bertobatlah ................................
bertobatlah mumpung ajalmu belum tiba.
Engkau juga mengajari anak - anakmu tentang Tuhan ....................
tapi engkau malah ingkar terhadap karunia Tuhan,
Sekarang mohon ampunlah....................dan bertobatlah.
Jika engkau yakin akan Tuhan ,
mengapa tidak disiplin dalam bekerja, engkau tidak bertanggung jawab................
engkau tidak adil. Nama siapa yang engkau hinakan..............
Tuhan Yang Maha Disiplin...............
Yang Maha tanggung jawab.................
Yang Maha Adil yang engkau hina............
bertobatlah.....................
Mohon ampunlah kepada Tuhanmu.
Saudaraku.......................
marilah doakan kedua orang tuamu,
istri/suami dan anak-anakmu
agar mereka kenal Tuhan.............
kita cintai ................
kita kasihi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar