Tiap suku punya keunikan sendiri, baik itu adat istiadat, pesona alam maupun orang-orangnya. Tidak terkecuali Perempuan Bali, merek punya Pesona tersendiri.
Foto Perempuan Bali diambil dari berbagai sumber:
Tampilkan postingan dengan label Panorama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Panorama. Tampilkan semua postingan
Selasa, 16 April 2013
Selasa, 17 Juli 2012
Misteri Candi Borobudur
Pernah hilang?
Meski telah lama tegak menjulang, Borobudur masih menyimpan banyak misteri. Salah satunya, adalah pertanyaan besar yang belum terjawab, mengapa saat ditemukan candi itu dalam kondisi terkubur.
Sejumlah spekulasi berseliweran. Ada yang mengatakan, letusan Merapi pada 1006 telah menghancurkan kebudayaan Mataram Hindu di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, membendung aliran Sungai Progo, membentuk danau besar di Kedu Selatan, serta mengubur Candi Borobudur yang berjarak 30 kilometer dari Merapi.
Dalil ini diungkap Van Bemmelen dalam bukunya "The Geology of Indonesia" yang menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini hingga lenyap dari sejarah.
Apa yang diungkap Van Bemmelen mungkin terinspirasi tulisan W.O.J. Nieuwenkamp, seorang arsitek, pemahat, pelukis, etnolog Belanda di Indonesia tahun 1933. Ia mengeluarkan hipotesis yang menggegerkan kalangan para sejarawan saat itu: bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah telaga seperti bunga teratai di tengah kolam. Hipotesisnya itu ditulisnya di majalah umum yang terbit di Belanda ”Het Boroboedoermeer” – Algemeen Handelsblaad, Deen Haag, 9 September 1933.
Namun, penelitian Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta, Indonesia 2006 membantah hipotesis Borobudur tertimbun karena letusan Merapi.
Meski telah lama tegak menjulang, Borobudur masih menyimpan banyak misteri. Salah satunya, adalah pertanyaan besar yang belum terjawab, mengapa saat ditemukan candi itu dalam kondisi terkubur.
Sejumlah spekulasi berseliweran. Ada yang mengatakan, letusan Merapi pada 1006 telah menghancurkan kebudayaan Mataram Hindu di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, membendung aliran Sungai Progo, membentuk danau besar di Kedu Selatan, serta mengubur Candi Borobudur yang berjarak 30 kilometer dari Merapi.
Dalil ini diungkap Van Bemmelen dalam bukunya "The Geology of Indonesia" yang menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini hingga lenyap dari sejarah.
Apa yang diungkap Van Bemmelen mungkin terinspirasi tulisan W.O.J. Nieuwenkamp, seorang arsitek, pemahat, pelukis, etnolog Belanda di Indonesia tahun 1933. Ia mengeluarkan hipotesis yang menggegerkan kalangan para sejarawan saat itu: bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah telaga seperti bunga teratai di tengah kolam. Hipotesisnya itu ditulisnya di majalah umum yang terbit di Belanda ”Het Boroboedoermeer” – Algemeen Handelsblaad, Deen Haag, 9 September 1933.
Namun, penelitian Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta, Indonesia 2006 membantah hipotesis Borobudur tertimbun karena letusan Merapi.
Jika benar tertutupnya Borobudur akibat letusan Gunung
Merapi, mengapa tidak ditemukan sisa endapan yang mempunyai korelasi dengan
endapan hasil letusan sekitar waktu tersebut. Letusan yang mengubur candi
mestinya sangat besar, dan meninggalkan endapan yang seharusnya mudah ditemukan.
Apalagi berdasarkan Prasasti Prasasti Kalkuta di India yang berangka tahun 963 Saka (1041) atau Prasasti Pucangan dinyatakan bahwa telah terjadi bencana besar (pralaya) pada tahun 928 Saka (tahun 1006) akibat serangan Raja Wurawari dari Lwaram terhadap Kerajaan Mataram Hindu.
Berdasarkan catatan sejarah, “pralaya” yang disebut dalam Prasasti Pucangan tidak pernah terjadi pada tahun 1006, tetapi 1016 atau tahun 1017. Dan itu akibat serangan, bukan letusan Merapi.
Namun, apapun penyebab lenyapnya Borobudur, kita berutang banyak pada Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa.
Apalagi berdasarkan Prasasti Prasasti Kalkuta di India yang berangka tahun 963 Saka (1041) atau Prasasti Pucangan dinyatakan bahwa telah terjadi bencana besar (pralaya) pada tahun 928 Saka (tahun 1006) akibat serangan Raja Wurawari dari Lwaram terhadap Kerajaan Mataram Hindu.
Berdasarkan catatan sejarah, “pralaya” yang disebut dalam Prasasti Pucangan tidak pernah terjadi pada tahun 1006, tetapi 1016 atau tahun 1017. Dan itu akibat serangan, bukan letusan Merapi.
Namun, apapun penyebab lenyapnya Borobudur, kita berutang banyak pada Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa.
Pada 1814, ia yang mendengar ada temuan benda purbakala di Desa
Borobudur. Raffles kemudian memerintahkan ilmuwan, H.C Cornelius untuk
menyelidiki lokasi penemuan, yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak
belukar.
Kerja Raffles kemudian diteruskan Pemerintah Hindia Belanda yang pada tahun 1907 menunjuk Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911. Melalui proses panjang, Borobudur yang dulu terbenam, bisa menatap Matahari dan berdiri tegak hingga kini. (sumber: Elin Yunita Kristanti-• VIVAnews )
Kerja Raffles kemudian diteruskan Pemerintah Hindia Belanda yang pada tahun 1907 menunjuk Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911. Melalui proses panjang, Borobudur yang dulu terbenam, bisa menatap Matahari dan berdiri tegak hingga kini. (sumber: Elin Yunita Kristanti-• VIVAnews )
Misteri Danau Purba Candi Borobudur
![]() |
Lukisan Borobudur di tengah danau |
Dua gelar kini melekat pada Candi Borobudur, sebagai Warisan Dunia
UNESCO dan Guinness
World Records sebagai situs arkeologi candi Budha terbesar di
dunia.
Terlepas dari kemegahan dan keindahan Borobudur, lengkap dengan relief yang penuh kisah dalam agama Budha, sejumlah misteri masih melingkupi candi ini.
Pada tahun 1814, atas jasa Gubernur Jenderal Britania Raya, Thomas Stamford Rafffles, candi yang selama berabad-abad terkubur di bawah gundukan tanah, menjadi serupa bukit penuh semak belukar dan ditumbuhi pohon, mulai jadi perhatian pemerintah kolonial. Raffles juga lah yang pertama kali menuliskan nama "Borobudur" dalam bukunya, History of Java. Tak jelas asal mula nama itu.
Borobudur yang misterius itu diakui oleh Direktur Utama Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur Prambanan Ratu Boko (Persero), Purnomo Siswoprasetjo.
Terlepas dari kemegahan dan keindahan Borobudur, lengkap dengan relief yang penuh kisah dalam agama Budha, sejumlah misteri masih melingkupi candi ini.
Pada tahun 1814, atas jasa Gubernur Jenderal Britania Raya, Thomas Stamford Rafffles, candi yang selama berabad-abad terkubur di bawah gundukan tanah, menjadi serupa bukit penuh semak belukar dan ditumbuhi pohon, mulai jadi perhatian pemerintah kolonial. Raffles juga lah yang pertama kali menuliskan nama "Borobudur" dalam bukunya, History of Java. Tak jelas asal mula nama itu.
Borobudur yang misterius itu diakui oleh Direktur Utama Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur Prambanan Ratu Boko (Persero), Purnomo Siswoprasetjo.
Salah satunya, bagaimana cara Borobudur itu dibangun. Dari mana
asal batu-batu besar material candi dan teknologi apa yang digunakan untuk
mengangkat dan menyusunnya dengan presisi dan desain arsitektur yang
mengagumkan.
"Apakah batu itu berasal dari Gunung Merapi, terus bagaimana
membawanya dari Merapi menuju lokasi candi masih misteri," kata Purnomo
kepada VIVAnews,
Kamis, 5 Juli 2012.
Tak hanya asal batu, di mana pembuat Borobudur mengukir dan memahat batu juga masih belum diketahui. Para arkeolog masih mencari dimana bengkel para seniman. "Mengukir dan memahat batu sedemikian besar ukurannya dan jumlahnya banyak, belum diketahui di mana tempatnya," terang dia.
Letak Borobudur yang tak biasa, berada di atas bukit, dikelilingi dua pasang gunung kembar -- Sindoro-Sumbing dan Merbabu-Merapi, sementara candi lain dibangun di tanah datar juga menjadi teka-teki yang belum terjawab.
Pada tahun 1931, seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Daratan Kedu -- lokasi Borobudur menurut legenda Jawa, dulunya adalah sebuah danau purba. Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Ini sebuah hipotesa yang menjadi perdebatan hangat di kalangan para ilmuwan saat itu.
Tak hanya asal batu, di mana pembuat Borobudur mengukir dan memahat batu juga masih belum diketahui. Para arkeolog masih mencari dimana bengkel para seniman. "Mengukir dan memahat batu sedemikian besar ukurannya dan jumlahnya banyak, belum diketahui di mana tempatnya," terang dia.
Letak Borobudur yang tak biasa, berada di atas bukit, dikelilingi dua pasang gunung kembar -- Sindoro-Sumbing dan Merbabu-Merapi, sementara candi lain dibangun di tanah datar juga menjadi teka-teki yang belum terjawab.
Pada tahun 1931, seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Daratan Kedu -- lokasi Borobudur menurut legenda Jawa, dulunya adalah sebuah danau purba. Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Ini sebuah hipotesa yang menjadi perdebatan hangat di kalangan para ilmuwan saat itu.
Van Bemmelen dalam bukunya "The Geology of Indonesia"
menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah
menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini hingga
lenyap dari sejarah.
Fakta geologi juga memberi dukungan pada pendapat itu. "Di
sekitar candi terdapat sumur yang airnya asin. Tapi yang sumurnya asin tidak di
semua daerah, hanya di titik tertentu," tutur Purnomo soal dugaan
Borobudur dibangun di tengah danau purba.
Dia menambahkan, pertanyaan itu juga yang menarik banyak ilmuwan asing berdatangan, untuk melakukan penelitian. "Banyak para ahli dari luar negeri seperti dari Jepang yang datang ke Candi Borobudur khusus untuk meneliti danau purba itu. Mereka biasa tinggal selama satu minggu hingga dua minggu," kata dia.
Salah satu cara untuk mengungkap misteri danau purba itu dengan meneliti sungai-sungai yang berada di sekitar Borobudur, termasuk Sungai Progo dan Elo. Juga pada masyarakat yang tinggal di sekitar candi.
Dia menambahkan, pertanyaan itu juga yang menarik banyak ilmuwan asing berdatangan, untuk melakukan penelitian. "Banyak para ahli dari luar negeri seperti dari Jepang yang datang ke Candi Borobudur khusus untuk meneliti danau purba itu. Mereka biasa tinggal selama satu minggu hingga dua minggu," kata dia.
Salah satu cara untuk mengungkap misteri danau purba itu dengan meneliti sungai-sungai yang berada di sekitar Borobudur, termasuk Sungai Progo dan Elo. Juga pada masyarakat yang tinggal di sekitar candi.
"Semua pertanyaan-pertanyaan itu masih tersimpan semua. Kita
menunggu kajian dari arkeolog untuk mengungkap misteri itu," ucap dia. (VIVAnews
)
Jumat, 13 Juli 2012
Agrowisata Sondokoro
![]() |
Pabrik Gula |
Begitu memasuki areal pabrik, tercium aroma harum yang khas (pada musim giling). Sebenarnya aroma harum tersebut menguar dari uap air perasan tebu yang sedang dimasak dalam pabrik. Dari kejauhan terdengar deru dan dentang mesin penggiling dari pabrik.
Sondokoro berada di areal yang dikelilingi dengan rumah dinas, kantor, dan pabrik gula yang berarsitektur kuno. Areal tersebut dulu menjadi tempat diadakannya pasar malam ‘Cembengan’ setiap menyambut masa panen tebu dan masa giling. Sekarang, Cembengan dipindahkan di tempat lain. Pohon-pohon besar dan tinggi seperti kere payung (filicium decipiens), cemara, flamboyan dan beringin yang berumur puluhan tahun, mungkin sebagian telah seumur dengan pabriknya, berdiri rindang dan memayungi areal sehingga memberikan keteduhan alami.
Pada pohon-pohon besar itu dipasang jembatan gantung yang menghubungkan setiap pohon, dengan ketinggian sekitar 15 meter dari tanah. Berjalan meniti jembatan tali tersebut menjadi atraksi yang menantang bagi pengunjung, karena jembatan akan bergoyang-goyang setiap kita melangkahkan kaki saat menyeberanginya. Di setiap pohon, disediakan rumah pohon untuk beristirahat dan menikmati panorama sekitar pabrik dari ketinggian.
![]() |
Wahana anak-anak |
![]() |
Merak |
Di seberangnya, terdapat sebuah taman unik. Di sini berbagai komponen mesin pabrik berukuran besar, seperti pompa, roda besi raksasa, dan semacamnya ditanam dengan tata letak yang menarik. Komponen-komponen tersebut sudah tak terpakai, tetapi kreativitas pengelola Sondokoro mampu menjadikannya sebagai penghias taman yang mungkin tak kita temui di tempat lain.
![]() |
Musium Mesin Giling |
KOLEKSI LOKO TUA
![]() |
Loco di Gerbang Masuk |
![]() |
Loco uap |
Loko-loko inilah yang menjadi daya tarik dan keunggulan Sondokoro. Walaupun sudah tak berfungsi, kondisi fisik loko-loko tersebut masih terawat baik. Catnya mengkilat dan tampak gagah dipamerkan. Seolah para loko pensiunan ini mendapatkan penghormatan yang layak atas jasa-jasa mereka di masa jayanya dulu. Sayang, informasi yang lebih dalam tentang setiap loko tidak ada. Akan semakin mengesankan dan menambah wawasan, apabila di setiap loko dapat ditemukan informasi seperti tahun pembuatan, negara pembuat, kekuatan, dan masa operasinya.
![]() |
Gerbong Peninggalan KGPAA Mangkunegoro IV |
Di pinggir taman bermain, tiga rangkaian gerbong terbuka yang ditarik dengan loko-loko uap kecil siap mengajak Anda mengelilingi ar eal pabrik. Loko uap kecil yang menarik gerbong kami bernama TM 1 dan rangkaiannya diberi nama Spoor Teboe. Loko uap ini masih menggunakan kayu dan ampas tebu sebagai bahan bakarnya. Tertempel pelat pada loko yang menunjukkan nama pabrik pembuat loko, yaitu Dreinstein & Koppel-Arthur Koppel.
![]() |
Spoor |
Dari gerbong Spoor Teboe, kami menyaksikan gambar-gambar mural di dinding pabrik yang menggambarkan proses produksi dalam pabrik. Mulai dari pemotongan, penggilingan, sampai pengepakan. Lepas dari gedung-gedung pabrik, kami melintasi deretan rumah peninggalan Belanda yang masih terawat apik dan asri. Disinilah para pembesar-pembesar pabrik tinggal semenjak dulu hingga sekarang.
PABRIK GULA
Puncak dari perjalanan di Sondokoro adalah melihat-lihat ‘isi perut’ pabrik gula. Di dalam gedung pabrik, terbentang di hadapan kita mesin-mesin di jalur pengolahan tebu, mulai dari mesin pemotongan hingga mesin-mesin penggiling yang menderu dan mendentam itu. Dari mesin-mesin ini yang telah beroperasi puluhan tahun ini, didapatkan perasan tebu yang masih bercampur dengan tanah dan serat-serat tebu.
![]() |
Pabrik Gula |
Kami kemudian dibawa ke jalur berikutnya, tempat air perasan dipanaskan dan dimurnikan. Terlihat uap mengepul dan cairan kecoklatan mengalir lumer dari ketel satu ke ketel berikutnya. Di ujung perjalanan, kami menyaksikan bagaimana butir-butir kristal gula yang halus berkilauan menggerojog masuk ke karung-karung yang telah disiapkan para pekerja.
Tur singkat ini mengingatkan pesan Mangkunegoro IV saat pabrik gula ini didirikan.“Pabrik gula iki openana. Sanadyan ora nyugihi, nanging nguripi. Kinarya papan pangupa jiwane kawula dasih,” yang berarti “Peliharalah pabrik gula ini dengan baik, meskipun tidak memberi kekayaan, namun dapat menghidupi dan merupakan sawah ladang para karyawan dan masyarakat sekitar.”
Setelah sekian puluh tahun beroperasi, pabrik gula ini telah dan masih menjadi sandaran hidup bagi para petani, pegawai, dan masyarakat sekitarnya, walau tak sampai menjadikan mereka kaya. Dan objek wisata Sondokoro menjadi bukti, bahwa pabrik gula Tasikmadu tetap bisa menjadi sumber penghidupan dengan cara memberikan rumah peristirahatan yang nyaman bagi loko-loko uap yang telah pensiun.
(Berbagai Sumber)
Baca juga:
![]() |
Balekambang Solo |
Selasa, 10 Juli 2012
Balekambang Solo
Taman yang terletak di Jl. Ahmad Yani (sekitar 0,5 km dari stadion Manahan) ini dulu bernama Partinah Bosch, dibangun oleh kerabat Mangkunegara. Kemudian dinamakan Balekambang karena di taman tersebut terdapat sebuah kolam ikan dan kotam renang yang di tengahnya terdapat rumah istirahat yang nyaman, dikelilingi kebun bunga yang sangat indah.
![]() |
Rumput yang hijau dan "TAMAN BALEKAMBANG" Dari pintu masuk kita bisa melihat tulisan ini, tulisan ini sering untuk lokasi foto-foto dan dibelakangnya terdapat teater terbuka. |
Sejarah
Taman Balekambang dibangun pada tahun 1921 oleh raja KGPAA Mangkunegara VII untuk para putri raja, GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta. Sekarang, patung kedua putri raja tersebut dapat kita saksikan di dalam area taman dengan luas sekitar 9,8 hektar ini. Taman Balekambang ini dibagi menjadi dua, yaitu Partini Tuin dan Partinah Bosch.
Pada tahun ’70-an sampai ’80-an, di Taman Balekambang terdapat gedung yang digunakan sebagai panggung pertunjukan Srimulat yang pada saat itu sedang mengalami masa kejayaan. Bahkan, taman ini juga sempat menjadi lokasi mesum sebelum direvitalisasi seperti sekarang.
![]() |
Banyak pasangan yang pacaran di taman ini |
Partinah Bosch atau Hutan Partinah
Partinah Bosch merupakan area kebun yang ditanami dengan berbagai tanaman dan pohon-pohon langka. Pohon-pohon tua nan raksasa di sini membuat pemandangan taman menjadi hijau, rindang, dan eksotis. Beberapa pengunjung tampak bersantai di kursi yang disediakan di area taman, duduk di rerumputan bersama keluarga/kekasih, dan beberapa tampak asyik bermain dengan ayam kalkun dan rusa yang dibiarkan lepas di taman
![]() |
Hamparan rumput yang luas sering digunakan untuk pertunjukan-pertunjukan, anak-anak bisa berlarian. |
![]() |
Pohon-pohon yang sudah tua dan beberapa pohon langka |
![]() |
Patung-patung abstrak taman balekambang. |
![]() |
Pohon Kayu Putih taman Balekambang. |
![]() |
Gazebo Balekambang |
Partini Tuin atau Taman Air Partini
Di lokasi ini terdapat kolam resapan yang luas dan berfungsi sebagai tempat penampungan air. Ada beberapa permainan wisata air yang dapat digunakan oleh para pengunjung untuk bersenang-senang dan tempat duduk unik berbentuk angsa di pinggir kolam untuk bersantai.
![]() |
Patung Partinah di tengah kolam |
![]() |
Gedung Ketoprak |
![]() |
Teater terbuka, setiap bulan purnama ada Sendra tari Ramayana di malam hari. Seing untuk latihan berbagai kesenian. |
Binatan Balekambang
Langganan:
Postingan (Atom)