Pabrik Gula |
Begitu memasuki areal pabrik, tercium aroma harum yang khas (pada musim giling). Sebenarnya aroma harum tersebut menguar dari uap air perasan tebu yang sedang dimasak dalam pabrik. Dari kejauhan terdengar deru dan dentang mesin penggiling dari pabrik.
Sondokoro berada di areal yang dikelilingi dengan rumah dinas, kantor, dan pabrik gula yang berarsitektur kuno. Areal tersebut dulu menjadi tempat diadakannya pasar malam ‘Cembengan’ setiap menyambut masa panen tebu dan masa giling. Sekarang, Cembengan dipindahkan di tempat lain. Pohon-pohon besar dan tinggi seperti kere payung (filicium decipiens), cemara, flamboyan dan beringin yang berumur puluhan tahun, mungkin sebagian telah seumur dengan pabriknya, berdiri rindang dan memayungi areal sehingga memberikan keteduhan alami.
Pada pohon-pohon besar itu dipasang jembatan gantung yang menghubungkan setiap pohon, dengan ketinggian sekitar 15 meter dari tanah. Berjalan meniti jembatan tali tersebut menjadi atraksi yang menantang bagi pengunjung, karena jembatan akan bergoyang-goyang setiap kita melangkahkan kaki saat menyeberanginya. Di setiap pohon, disediakan rumah pohon untuk beristirahat dan menikmati panorama sekitar pabrik dari ketinggian.
Wahana anak-anak |
Merak |
Di seberangnya, terdapat sebuah taman unik. Di sini berbagai komponen mesin pabrik berukuran besar, seperti pompa, roda besi raksasa, dan semacamnya ditanam dengan tata letak yang menarik. Komponen-komponen tersebut sudah tak terpakai, tetapi kreativitas pengelola Sondokoro mampu menjadikannya sebagai penghias taman yang mungkin tak kita temui di tempat lain.
Musium Mesin Giling |
KOLEKSI LOKO TUA
Loco di Gerbang Masuk |
Loco uap |
Loko-loko inilah yang menjadi daya tarik dan keunggulan Sondokoro. Walaupun sudah tak berfungsi, kondisi fisik loko-loko tersebut masih terawat baik. Catnya mengkilat dan tampak gagah dipamerkan. Seolah para loko pensiunan ini mendapatkan penghormatan yang layak atas jasa-jasa mereka di masa jayanya dulu. Sayang, informasi yang lebih dalam tentang setiap loko tidak ada. Akan semakin mengesankan dan menambah wawasan, apabila di setiap loko dapat ditemukan informasi seperti tahun pembuatan, negara pembuat, kekuatan, dan masa operasinya.
Gerbong Peninggalan KGPAA Mangkunegoro IV |
Di pinggir taman bermain, tiga rangkaian gerbong terbuka yang ditarik dengan loko-loko uap kecil siap mengajak Anda mengelilingi ar eal pabrik. Loko uap kecil yang menarik gerbong kami bernama TM 1 dan rangkaiannya diberi nama Spoor Teboe. Loko uap ini masih menggunakan kayu dan ampas tebu sebagai bahan bakarnya. Tertempel pelat pada loko yang menunjukkan nama pabrik pembuat loko, yaitu Dreinstein & Koppel-Arthur Koppel.
Spoor |
Dari gerbong Spoor Teboe, kami menyaksikan gambar-gambar mural di dinding pabrik yang menggambarkan proses produksi dalam pabrik. Mulai dari pemotongan, penggilingan, sampai pengepakan. Lepas dari gedung-gedung pabrik, kami melintasi deretan rumah peninggalan Belanda yang masih terawat apik dan asri. Disinilah para pembesar-pembesar pabrik tinggal semenjak dulu hingga sekarang.
PABRIK GULA
Puncak dari perjalanan di Sondokoro adalah melihat-lihat ‘isi perut’ pabrik gula. Di dalam gedung pabrik, terbentang di hadapan kita mesin-mesin di jalur pengolahan tebu, mulai dari mesin pemotongan hingga mesin-mesin penggiling yang menderu dan mendentam itu. Dari mesin-mesin ini yang telah beroperasi puluhan tahun ini, didapatkan perasan tebu yang masih bercampur dengan tanah dan serat-serat tebu.
Pabrik Gula |
Kami kemudian dibawa ke jalur berikutnya, tempat air perasan dipanaskan dan dimurnikan. Terlihat uap mengepul dan cairan kecoklatan mengalir lumer dari ketel satu ke ketel berikutnya. Di ujung perjalanan, kami menyaksikan bagaimana butir-butir kristal gula yang halus berkilauan menggerojog masuk ke karung-karung yang telah disiapkan para pekerja.
Tur singkat ini mengingatkan pesan Mangkunegoro IV saat pabrik gula ini didirikan.“Pabrik gula iki openana. Sanadyan ora nyugihi, nanging nguripi. Kinarya papan pangupa jiwane kawula dasih,” yang berarti “Peliharalah pabrik gula ini dengan baik, meskipun tidak memberi kekayaan, namun dapat menghidupi dan merupakan sawah ladang para karyawan dan masyarakat sekitar.”
Setelah sekian puluh tahun beroperasi, pabrik gula ini telah dan masih menjadi sandaran hidup bagi para petani, pegawai, dan masyarakat sekitarnya, walau tak sampai menjadikan mereka kaya. Dan objek wisata Sondokoro menjadi bukti, bahwa pabrik gula Tasikmadu tetap bisa menjadi sumber penghidupan dengan cara memberikan rumah peristirahatan yang nyaman bagi loko-loko uap yang telah pensiun.
(Berbagai Sumber)
Baca juga:
Balekambang Solo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar