Ketika Jokowi diserang secara personal, diejek terus menerus, bahkan ada tuduhan amat serius yaitu : Politik Uang, lalu ada tuduhan soal sentimen agama, rasial yang bila dibaca amat kejam sekali isinya, bukannya marah Jokowi malah adem ayem saja. Inilah yang kemudian membedakan Jokowi dengan politisi lain yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan politik. Ia tampaknya bersikap ‘Nothing To Loose’, karena ia datang ke Jakarta ingin kerja berbakti untuk negaranya, untuk kebaikan negaranya bukan untuk apa-apa, ia amat lugu tapi lurus dalam soal ini.
Kalaupun kalah ya kalah secara terhormat, kalaupun menang ia tidak ingin menyakiti. Ia benar-benar paham falsafah Jawa : menang tanpo ngasorake, menang tanpa menyakiti, tanpa merendahkan, Ia memang benar-benar memanusiakan manusia, ia melihat manusia bukan dari asalnya, bukan dari agamanya, bukan dari siapa, dari apa, tapi manusia sebagai manusia yang harus dihormati dan dihargai pendapatnya, pikirannya dan kerjanya.
Jokowi bisa saja berkampanye jauh lebih kejam dengan menguraikan buku yang dilempar Prijanto eks Wagub DKI dimana disana Prijanto membongkar kebobrokan masa Pemerintahan Foke dan ini sudah diserahkan pada KPK, tapi Jokowi menolak itu, ia tak mau membangun keburukan orang lain, pikirannya penuh pekerjaan, ia tak sempat berpikir untuk menjelekkan orang lain. Bila bertemu dengan Jokowi yang dikatakannya terus hanya ‘bagaimana Jakarta di kemudian waktu’. Inilah yang kita butuhkan bagi kepemimpinan kita kelak, bukan Pemimpin yang hanya pandai bercitra diri, pemimpin yang pandai memburuk-burukkkan lawan politik, tapi Pemimpin yang mengertinya hanya kerja…kerja dan kerja, pemimpin yang hasil kerjanya berguna bagi rakyat banyak, bagi kesejahteraan rakyat, bagi bayi-bayi dan bagi mereka yang kurang mampu. “Pemimpin itu adalah Mengayomi, membangun arah, bukan ngomongin orang lain, ngomongin asalnya dari mana, memfitnah ini itu” bagi Jokowi, agak menciteer kata-kata Pramoedya Ananta Toer : ‘Seorang terpelajar harus jujur sejak dalam pikiran apalagi dalam tindakan‘.
Seperti saat Jokowi datang ke DKI secara resmi, walaupun itu simbolik tapi ia mengajak : “Ayo kita buat Industri Mobil” Saat ia sudah dipastikan masuk sebagai kandidat, yang ia lakukan bukan memerintahkan membuat baliho, atau ke salon dengan memoles mukanya dengan make up tebal lalu senyum pasta gigi, tapi ia berkeringat naik ke Busway, membuat program pra rencana, menyodorkan agenda-agenda penawaran politik yang berupa estimasi kerjanya. Ia cerdas dalam membawa arus Pilkada DKI, ketika di foto wartawan ia angkat kartu kesehatan, secara sengaja atau tak sengaja Jokowi membawa atmosfir pertarungan Pilkada DKI sebagai ‘Perang Agenda Kerja’ bukan ‘Perang Personal’. Dale Carnegie seorang motivator paling besar dari Amerika Serikat pernah berkata : “Orang yang sibuk dengan pekerjaannya, dengan prestasinya tak pernah berpikir untuk menjelek-jelekkan orang lain” Dan inilah yang memang ada dalam pikiran Jokowi, otaknya penuh rencana kerja yang taktis, ia tak menyisakan otaknya untuk memfitnah atau memburuk-burukkan lawan, baginya orang lain adalah sekutu bukan musuh potensial, etika Jokowi sudah masuk ke dalam tataran manusia berkualitas.
Jika tampil di Televisi, Jokowi hanya tertawa dan bicara soal agenda-agenda kerja, di wawancara wartawan juga ngomongnya ide-idenya, ia tak pernah bangga dengan prestasinya di masa lampau, bahwa hasil Kota Solo dinominasikan jadi kota terbaik di dunia, ia tanggapi dengan biasa-biasa saja bukan memasang kesombongan dan bikin baliho besar-besar “Sayalah Walikota terbaik Sedunia”, sama sekali tidak ada dalam pikiran Jokowi, Jokowi mengajarkan rendah hati dalam berpolitik, Jokowi mengajarkan kesantunan dalam arti sesungguhnya, bukan ia santun tapi anak buahnya disuruh menggonggong, Ia hormati orang lain dan ia sibuk dengan ide-idenya : small minds talk about people, average minds talk about events, great minds talk about ideas.. seperti kata Eleanor Roosevelt : Orang berpikiran kecil sibuk membicarakan orang lain, orang berpikiran medioker sibuk bicara kejadian-kejadian, dan Orang yang berpikiran besar selalu bicara soal ide-ide, soal gagasan.
Jokowi bukan saja memang pekerja keras, ia orang dicintai banyak orang dan hal ini merupakan sesuatu yang langka dalam dunia politik kita, ketika ia dicintai banyak orang, ketika prestasinya diakui di dunia Internasional, ketika semua orang membicarakan dirinya dan menjadikan dia sebagai centrum orang yang paling dikenang di Indonesia setelah Sukarno, Suharto dan Gus Dur. Jokowi menjadi tidak sombong, tingkahnya tidak menyakiti, ia bersikap sebagai seorangGentleman….sebagai Lelaki Terhormat.
Dari Jokowi kita belajar banyak hal……….
Budayawan Yakin Jokowi Menangkan Pilgub DKI
Jakarta Ditemui di sela-sela acara mengenang Kang Moeslim Abdurrahaman, tokoh budayawan Mudji Sutrisno angkat bicara soal putaran kedua Pilgub DKI Jakarta. Dia yakin pasangan Jokowi-Ahok akan memenangkan Pilgub DKI.
"Jokowi-Ahok pasti 100 persen menang," ucap dosen pasca sarjana UI ini di acara 'Mengenang Kang Moeslim' di Kantor PP Muhammadiyah, Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat, Kamis (12/7/2012).
Jokowi, di mata Mudji, merupakan sosok pemimpin yang tepat bagi Ibukota. " Saya orang Solo, saya kenal Jokowi, dulu untuk bangun Solo dia membangun dengan rendah hati. Ia mengundang orang Jakarta untuk memberi masukan, jadi bisa memperbagus Solo seperti sekarang," tutur pria berkacamata itu.
Jokowi dipandang sebagai sosok pemimpin yang mau mendengar keluh kesah rakyatnya. Hal ini dianggap menjadi poin penting bagi kesuksesan Jokowi.
Selain itu, Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya ini, juga mengatakan bahwa pasangan Jokowi-Ahok merupakan pasangan yang memiliki magnet bagi rakyat.
"Keberagaman (Jokowi-Ahok) menjadi magnet tersendiri untuk Indonesia termasuk menuju Jakarta baru yang tidak diskriminatif dan rasial. Itulah alasan kemenangan mereka," ungkapnya.
(van/van) Silvanus Alvin - detikNews
Slank: Jokowi Simbol Perlawanan
TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pernah mengklaim kalau bandSlank sangat dekat dengannya. Ini tidak terlalu mengherankan karena Jokowi memang dikenal sebagai pria yang menyukai musik metal.
Berdasarkan hasil hitung cepat, Jokowi menempati peringkat teratas dalam mendulang suara di hari pencoblosan 11 Juli lalu. Lalu, apa kata Slank tentang pasangan Jokowi-Ahok yang berhasil unggul dibanding calon lainnya?
Penggebuk drum Slank, Bimbim, mengatakan hasil Pilkada Jakarta kemarin sudah sesuai perkiraannya. "Dari awal gue udah bilang, enggak usah didukung udah menang deh si kotak-kotak (Jokowi)," ujarnya seraya tersenyum saat ditemui di markas Slank di Jalan Potlot, Jakarta, Senin, 16 Juli 2012.
Pemilik nama lengkap Bimo Setiawan Almachzumi ini melihat keunggulan Jokowi di putaran pertama sebagai bentuk simbol perlawanan. "Berarti masyarakat Jakarta sudah pintar. Merekaenggak peduli sama etnik, ras, dan soal agama," katanya.
Bimbim juga yakin pada putaran kedua yang bakal digelar 20 September 2012 mendatang Jokowi bisa kembali melampaui lawannya, Fauzi Bowo atau Foke. Sayang, ia enggan menduga berapa persen suara untuk Wali Kota Surakatra itu.
"Pastinya nanti (putaran kedua) akan ada simbol perlawanan lagi. Jakarta ini butuh perubahan," katanya.
YAZIR FAROUK (pilkada.tempo.co/konten-berita)
JK: Jokowi Track Record-nya Baik, Foke Punya Kekurangan
Jakarta Mantan Wapres Jusuf Kalla merespon kemenangan Joko Widodo dalam putaran pertama Pilgub DKI. Jokowi di mata Jusuf Kalla adalah tokoh dengan track record baik dan diharapkan rakyat.
"Disamping itu yang penting masyarakat memilih yang punya track record yang baik dan dosanya kurang. Jadi karena Jokowi track record-nya baik walaupun di kota kayak Solo tapi dia punya harapan rakyat. Dia tak punya beban apakah itu korup," kata JK kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (17/7/2012).
Sementara itu Fauzi Bowo dipandang punya kelemahan. Sebagai gubernur DKI Jakarta incumbent, Foke dipandang memiliki sejumlah kegagalan.
"Pak Foke tentu punya beban ketidakberhasilan baik banjir, macet. Jangan kita katakan dosa, tapi itulah kekurangan foke,"kata JK.
Menurut JK, Pilgub DKI bisa saja menjadi gambaran Pemilu dan Pilpres 2014. Jika kondisinya sama, rakyat memang akan memilih calon yang memilikitrack record lebih baik.
"Kalau kondisinya sama ya tentu sama. Artinya calon-calon itu yang punyatrack record dan dosanya tidak ada. Seperti orang masuk surga, amal dikurangi dosa,"ungkapnya sembari tertawa.
Memang diakui JK, figur lebih penting dari partai dalam Pilpres. Meski kalau Partai punya basis massa yang kuat, sangat membantu.
"Partai yang pertama itu syarat. Partai berpengaruh kalau dia itu efektif. Orang-orang kita punya pilihan partai berbeda dengan pilihan presiden,"tandasnya.
(van/mpr) Elvan Dany Sutrisno - detikNews
Sutan Bhatoegana Puji Jokowi: Dia Pemimpin BBM
Jakarta Banyak juga politisi PD yang mengapresiasi kemenangan Joko Widodo di putaran pertama Pilgub DKI. Di mata Ketua DPP PD Sutan Bhatoegana S, Jokowi adalah tipikal pemimpin Berani, Bersih, dan Merakyat (BBM).
"Kan saya sering katakan carilah pemimpin yang BBM, Bersih Berani Merakyat, Jokowi ini pemimpin BBM. Merakyat ini penting. Jadi saya langsung terpikir inilah orang yang diharapkan rakyat, pemimpin yang tidak birokrasi ke mana-mana dikawal sepuluh orang, artinya rakyat senang melihatnya," kata Sutan kepada detikcom, Senin (16/7/2012).
Sutan mengaku senang dengan karakter pemimpin seperti Jokowi. Sutan sendiri mengaku sudah lama menerapkan pola kepemimpinan seperti itu.
"Silakan cek apa saya pernah dikawal waktu turun ke rakyat. Bukan saya buat-buat tapi menikmati saya. Walaupun saya jalan sendiri-sendiri kalaupun ada teman yang ikut saya ya itu saja. Pemimpin itu harus dekat dengan rakyat, tidak usah perlu direpotkan dengan pengawalan," kata Ketua Komisi VII DPR yang bersiap maju Pilgub Sumut ini.
Sementara itu, imbuh Sutan, ada pemimpin yang karakternya SDM. Pemimpin seperti ini, hanya berpikir mencari kekayaan dan keselamatan sendidi.
"SDM, Selamatkan Diri Masing-masing. Menyelamatkan dirinya sendiri keluarga dan kelompoknya masing-masing. Jadi tak pernah memikirkan rakyat. Cari pemimpin BBM jangan SDM. Makanya itu kalau dia kemudian menang, maka Insya Allah menang," pungkasnya.
Kemungkinan Ditinggal Jokowi, Masyarakat Solo Sedih Sekaligus Senang
Jakarta Hasil hitung cepat (quick count) Pilgub DKI 2012 yang menempatkan Wali Kota Solo Jokowi sebagai pemenang sementara terbilang mengejutkan. Hasil itu disebut turut membuat bangga masyarakat Solo, meski tak urung juga membuat sedih.
Perhitungan suara hasil Pilgub yang dilakukan oleh KPU DKI memang belum selesai dilaksanakan. Namun, jika merujuk pada hasil quick count Pilgub DKI 2012, besar kemungkinan Jokowi akan melenggang menjadi DKI-1 meski harus melalui putaran kedua. Lalu kira-kira bagaimana reaksi warga Solo yang kemungkinan akan ditinggal Jokowi?
Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, punya pandangan mengenai hal itu.
"Hasil itu membuat masyarakat Solo sedih, tapi juga senang," kata Totok saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (14/7/2012) malam.
Menurut Totok, masyarakat Solo akan bersedih karena kemungkinan akan ditinggal oleh Jokowi. Selama ini, Totok menambahkan, masyarakat Solo sudah merasa cocok dengan gaya kepemimpinan Jokowi.
"Masyarakat sudah terlanjut cocok dengan gaya kepemimpinan beliau yang flamboyan, merakyat, jujur, orientasinya kan bukan kekayaan," tuturnya.
Meski demikian, kata Totok, masyakarat Solo juga senang dengan hasil yang dicapai Jokowi dalam putaran pertama Pilgub DKI. Sebab, sebagai putra daerah, capaian Jokowi membuat bangga masyarakat Solo.
"Senangnya karena ada putra daerah yang tampil di level lebih tinggi. Masyarakat senang pemimpinnya menjadi berpotensi menjadi Gubernur DKI, ibu kota negara," ujarnya.
Totok menyebut masyarakat Solo akan merelakan Jokowi naik ke level yang lebih tinggi. Dia juga menyebut Jokowi berpeluang besar memenangkan putaran kedua pilgub DKI.
"Pak Jokowi itu idenya banyak, dan kreatif juga. Mungkin itu juga yang menjadikan masyarakat DKI akan banyak memilih beliau," imbuhnya.
(trq/trq) Ahmad Toriq - detikNews
Baca juga: