Great Barrier Reef di Australia adalah sebuah permata -- ekosistem terumbu karang terbesar di dunia ini kaya keragaman kehidupan laut. Namun riset terbaru menunjukkan ekosistem tersebut sedang mengalami penurunan tajam, separuh dari terumbu karang tersebut hilang hanya dalam 27 tahun terakhir.
Katharina Fabricius, ahli ekologi terumbu karang di Australian Institute of Marine Science dan penulis penelitian tersebut, mengatakan pada LiveScience bahwa ia sudah menyelam dan bekerja di kawasan terumbu karang tersebut sejak 1988 dan menyaksikan sendiri penurunannya. "Saya mendengar perubahannya dari lelucon, tapi ini untuk pertama kalinya dalam jangka panjang kita melihat status keseluruhan kawasan ini. Masih ada banyak ikan, dan Anda bisa melihat tiram raksasa, tapi tidak dengan keragaman warna dan jenis seperti dulu."
Untuk mendapatkan data mereka, Fabricius dan koleganya mensurvey 214 terumbu karang berbeda di Great Barrier Reef, mengumpulkan informasi dari 2258 survey untuk menentukan tingkat penurunan antara 1985-2012. Mereka memperkirakan tutupan koral atau tutupan luasan lantai laut dengan koral.
Penurunan 50 persen itu, mereka perkirakan, berarti penurunan 3,4 persen karang setiap tahunnya.
Meski begitu mereka menemukan perbedaan di beberapa tempat, kawasan utara yang relatif terjaga tak menunjukkan penurunan dalam dua dekade terakhir.
Siklon dan bintang laut
Penurunan karang tersebut yang digambarkan secara mendetail di Proceedings of the National Academy of Sciences pekan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor terbesarnya adalah kehancuran akibat badai tropis, bintang laut yang memakan koral, dan terdorong oleh sisa nutrien dari pertanian, serta pemutihan terumbu karang akibat suhu laut yang menghangat karena perubahan iklim. (Pemutihan terumbu karang terjadi saat suhu laut naik dan menyebabkan karang mengeluarkan zooxanthellae -- ganggang fotosintetis mungil yang hidup di lapisan terumbu karang.)
Pakar terumbu karang lainnya mengatakan bahwa penurunan tajam ini sesuai dengan temuan mereka. "Ini benar-benar alarm yang menyeramkan," kata John Bruno, ahli biologi di UNC Chapel Hill. "Great Barrier Reef, yang 10 tahun lalu adalah terumbu karang paling indah dan kuat ternyata tak lebih baik atau terlindungi daripada terumbu karang lainnya. Saya optimis dengan ketahanan hidup jangka panjang terumbu karang, namun temuan seperti ini sangat menantang keyakinan tersebut."
Menyelamatkan terumbu karang
Mengenai apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan terumbu karang, atau yang tersisa dari situ, beberapa orang mengatakan bahwa mengurangi emisi karbon dioksida adalah kuncinya. "Usaha internasional untuk membatasi dan mengurai emisi karbon dioksida adalah penting dan harus terjadi bersamaan dengan pembersihan dampak lokal," kata Les Kaufman, ahli biologi di Boston University yang menjadi bagian dari pernyataan konsensus internasional tentang perubahan iklim dan terumbu karang.
Fabricius mengatakan tak banyak yang bisa dilakukan dalam jangka pendek akan frekuensi siklon akibat perubahan iklim -- lima kategori badai sudah menghantam terumbu karang ini dalam 7 tahun terakhir -- ataupun suhu tinggi. Meski begitu, ada upaya-upaya untuk mengurangi kerusakan akibat bintang laut, yang diameternya bisa tumbuh sampai 0,9 meter dan memiliki tulang belakang beracun dan 21 lengan. Bintang laut muda makan ganggang pembuat koral dan menyisakan kerangka koral.
Satu proyek meminta petani untuk mengurangi jumlah sisa buangan yang kaya nutrien ke kawasan terumbu karang. Yang lainnya meminta operator tur untuk memindahkan bintang laut secara manual dari kawasan turis. Fabricius mengakui bahwa ini tidak menjawab masalah, hanya solusi sementara.
Opsi lain adalah mencari cara mengambil penyakit alami bintang laut dan menularkannya agar menjaga jumlah bintang laut tetap sedikit. "Biasanya, bintang laut sangat jarang," kata Fabricius. "Kami ingin membantu agar alam tetap membuat bintang laut jarang ditemukan." Riset menunjukkan bahwa karang dapat tumbuh lagi seperti semula dalam 20-30 tahun meski ada ancaman siklon dan pemutihan, hanya jika populasi bintang laut berkurang.
Para pakar setuju bahwa tidak melakukan apa-apa bukanlah pilihan di titik ini. "Masalahnya bisa diselesaikan, dan terumbu karang bisa diselamatkan dengan upaya bersama dan selama dua atau tiga generasi ke depan," kata Kaufman. "Sama sekali tidak ada alasan gagal melakukan ini, dan jika kita gagal maka generasi kita akan dikenang karena kebodohan dan kemalasan yang tak terbayangkan dan tak termaafkan."
Oleh Yahoo! News | Yahoo! News
Katharina Fabricius, ahli ekologi terumbu karang di Australian Institute of Marine Science dan penulis penelitian tersebut, mengatakan pada LiveScience bahwa ia sudah menyelam dan bekerja di kawasan terumbu karang tersebut sejak 1988 dan menyaksikan sendiri penurunannya. "Saya mendengar perubahannya dari lelucon, tapi ini untuk pertama kalinya dalam jangka panjang kita melihat status keseluruhan kawasan ini. Masih ada banyak ikan, dan Anda bisa melihat tiram raksasa, tapi tidak dengan keragaman warna dan jenis seperti dulu."
Untuk mendapatkan data mereka, Fabricius dan koleganya mensurvey 214 terumbu karang berbeda di Great Barrier Reef, mengumpulkan informasi dari 2258 survey untuk menentukan tingkat penurunan antara 1985-2012. Mereka memperkirakan tutupan koral atau tutupan luasan lantai laut dengan koral.
Penurunan 50 persen itu, mereka perkirakan, berarti penurunan 3,4 persen karang setiap tahunnya.
Meski begitu mereka menemukan perbedaan di beberapa tempat, kawasan utara yang relatif terjaga tak menunjukkan penurunan dalam dua dekade terakhir.
Siklon dan bintang laut
Penurunan karang tersebut yang digambarkan secara mendetail di Proceedings of the National Academy of Sciences pekan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor terbesarnya adalah kehancuran akibat badai tropis, bintang laut yang memakan koral, dan terdorong oleh sisa nutrien dari pertanian, serta pemutihan terumbu karang akibat suhu laut yang menghangat karena perubahan iklim. (Pemutihan terumbu karang terjadi saat suhu laut naik dan menyebabkan karang mengeluarkan zooxanthellae -- ganggang fotosintetis mungil yang hidup di lapisan terumbu karang.)
Pakar terumbu karang lainnya mengatakan bahwa penurunan tajam ini sesuai dengan temuan mereka. "Ini benar-benar alarm yang menyeramkan," kata John Bruno, ahli biologi di UNC Chapel Hill. "Great Barrier Reef, yang 10 tahun lalu adalah terumbu karang paling indah dan kuat ternyata tak lebih baik atau terlindungi daripada terumbu karang lainnya. Saya optimis dengan ketahanan hidup jangka panjang terumbu karang, namun temuan seperti ini sangat menantang keyakinan tersebut."
Menyelamatkan terumbu karang
Mengenai apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan terumbu karang, atau yang tersisa dari situ, beberapa orang mengatakan bahwa mengurangi emisi karbon dioksida adalah kuncinya. "Usaha internasional untuk membatasi dan mengurai emisi karbon dioksida adalah penting dan harus terjadi bersamaan dengan pembersihan dampak lokal," kata Les Kaufman, ahli biologi di Boston University yang menjadi bagian dari pernyataan konsensus internasional tentang perubahan iklim dan terumbu karang.
Fabricius mengatakan tak banyak yang bisa dilakukan dalam jangka pendek akan frekuensi siklon akibat perubahan iklim -- lima kategori badai sudah menghantam terumbu karang ini dalam 7 tahun terakhir -- ataupun suhu tinggi. Meski begitu, ada upaya-upaya untuk mengurangi kerusakan akibat bintang laut, yang diameternya bisa tumbuh sampai 0,9 meter dan memiliki tulang belakang beracun dan 21 lengan. Bintang laut muda makan ganggang pembuat koral dan menyisakan kerangka koral.
Satu proyek meminta petani untuk mengurangi jumlah sisa buangan yang kaya nutrien ke kawasan terumbu karang. Yang lainnya meminta operator tur untuk memindahkan bintang laut secara manual dari kawasan turis. Fabricius mengakui bahwa ini tidak menjawab masalah, hanya solusi sementara.
Opsi lain adalah mencari cara mengambil penyakit alami bintang laut dan menularkannya agar menjaga jumlah bintang laut tetap sedikit. "Biasanya, bintang laut sangat jarang," kata Fabricius. "Kami ingin membantu agar alam tetap membuat bintang laut jarang ditemukan." Riset menunjukkan bahwa karang dapat tumbuh lagi seperti semula dalam 20-30 tahun meski ada ancaman siklon dan pemutihan, hanya jika populasi bintang laut berkurang.
Para pakar setuju bahwa tidak melakukan apa-apa bukanlah pilihan di titik ini. "Masalahnya bisa diselesaikan, dan terumbu karang bisa diselamatkan dengan upaya bersama dan selama dua atau tiga generasi ke depan," kata Kaufman. "Sama sekali tidak ada alasan gagal melakukan ini, dan jika kita gagal maka generasi kita akan dikenang karena kebodohan dan kemalasan yang tak terbayangkan dan tak termaafkan."
Oleh Yahoo! News | Yahoo! News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar