Kabupaten Klaten (Bahasa Jawa: Klathèn), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Kota Klaten. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di utara, Kabupaten Sukoharjo di timur, serta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat. Kompleks Candi Prambanan, salah satu kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, berada di Kabupaten Klaten.
Secara geografis Kabupaten Klaten terletak diantara 110°30'-110°45' Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan.
Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56 km2. Di sebelah timur
berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan
dengan kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Di sebelah
barat berbatasan dengan kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta)
dan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali.
Menurut topografi
kabupaten Klaten terletak diantara gunung Merapi dan pegunungan Seribu
dengan ketinggian antara 75-160 meter diatas permukaan laut yang terbagi
menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring,
wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan.
Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari
dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi,
yaitu 9,72% terletak di ketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut.
77,52% terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan
12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter dari permukaan air laut.
Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim
hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara
rata-rata 28°-30° Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153
mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350mm)
dan curah hujan terrendah bulan Juli (8mm)
Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah dan tanah
bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem
Gunung Merapi. Ibukota kabupaten ini berada di jalur utama Solo-Yogyakarta.
.
Asal mula nama
Ada dua versi yang menyebut tentang asal muasal nama
Klaten. Versi pertama mengatakan bahwa Klaten berasal dari kata
kelati atau buah bibir. Kata
kelati ini kemudian mengalami disimilasi menjadi Klaten. Klaten sejak dulu merupakan daerah yang terkenal karena kesuburannya.
Versi kedua menyebutkan Klaten berasal dari kota
Melati.
Kata Melati kemudian berubah menjadi Mlati. Berubah lagi jadi kata
Klati, sehingga memudahkan ucapan kata Klati berubah menjadi kata
Klaten. Versi ke dua ini atas dasar kata-kata orangtua sebagaimana
dikutip dalam buku
Klaten dari Masa ke Masa yang diterbitkan Bagian Ortakala Setda Kab. Dati II Klaten Tahun 1992/1993.
Melati adalah nama seorang
kyai
yang pada kurang lebih 560 tahun yang lalu datang di suatu tempat yang
masih berupa hutan belantara. Kyai Melati Sekolekan, nama lengkap dari
Kyai Melati, menetap di tempat itu. Semakin lama semakin banyak orang
yang tinggal di sekitarnya, dan daerah itulah yang menjadi Klaten yang
sekarang.
Dukuh tempat tinggal Kyai Melati oleh masyarakat setempat lantas
diberi nama Sekolekan. Nama Sekolekan adalah bagian darinama Kyai Melati
Sekolekan. Sekolekan kemudian berkembang menjadi Sekalekan, sehingga
sampai sekarang nama dukuh itu adalah Sekalekan. Di Dukuh Sekalekan itu
pula Kyai Melati dimakamkan.
Kyai Melati dikenal sebagai orang berbudi luhur dan lagi sakti.
Karena kesaktiannya itu perkampungan itu aman dari gangguan perampok.
Setelah meninggal dunia, Kyai Melati dikuburkan di dekat tempat
tinggalnya.
Sampai sekarang sejarah kota Klaten masih menjadi silang pendapat.
Belum ada penelitian yang dapat menyebutkan kapan persisnya kota Klaten
berdiri. Selama ini kegiatan peringatan tentang Klaten diambil dari hari
jadi pemerintah Kab Klaten, yang dimulai dari awal terbentuknya
pemerintahan daerah otonom tahun 1950.
Hari jadi
Daerah Kabupaten Klaten semula adalah bekas daerah swapraja Surakarta.
Kasunanan Surakarta terdiri dari beberapa daerah yang merupakan suatu
kabupaten. Setiap kabupaten terdiri atas beberapa distrik. Susunan
penguasa kabupaten terdiri dari Bupati, Kliwon, Mantri Jaksa, Mantri
Kabupaten, Mantri Pembantu, Mantri Distrik, Penghulu, Carik Kabupaten
angka 1 dan 2, Lurah Langsik, dan Langsir.
Susunan penguasa Distrik terdiri dari Pamong Distrik (1 orang),
Mantri Distrik (5), Carik Kepanawon angka 1 dan 2 (2 orang), Carik
Kemanten (5 orang), Kajineman (15 orang).
Pada zaman penjajahan Belanda, tahun 1749, terjadi perubahan susunan
penguasa di Kabupaten dan di Distrik. Untuk Jawa dan Madura, semua
propinsi dibagi atas kabupaten-kabupaten, kabupaten terbagi atas
distrik-distrik, dan setiap distrik dikepalai oleh seorang wedono.
Pada tahun 1847 bentuk Kabupaten diubah menjadi Kabupaten Pulisi.
Maksud dan tujuan pembentukan Kabupaten Pulisi adalah di samping
Kabupaten itu menjalankan fungsi pemerintahan, ditugaskan pula agar
dapat menjaga ketertiban dan keamanan dengan ditentukan batas-batas
kekuasa wilayahnya.
Berdasarkan Nawala Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana Senopati Ing Alaga Abdul Rahman Sayidin Panata Gama VII, Senin Legi 23 Jumadilakhir Tahun Dal 1775 atau 5 Juni 1847 dalam bab 13 disebutkan :
“……………………………….” KratonDalam Surakarta Adiningrat Nganakake Kabupaten cacah enem.
“………………………………” Kabupaten cacah enem iku Nagara Surakarta, Kartosuro, Klaten, Boyolali, Ampel, lan Sragen.
“………………………………” Para Tumenggung kewajiban rumeksa amrih tata tentreme
bawahe dhewe-dhewe serta padha kebawah marang Raden Adipati.
Pariwisata
Stasiun kereta api Klaten (tahun 1903-1910)
Di Jatinom, upacara tradisional Sebaran Apem
Yaqowiyu diadakan setiap bulan
Sapar. Di Palar, Trucuk, Klaten bersemayam pujangga dari Kraton Solo bernama
Ronggo Warsito. Keindahan alam dapat dinikmati di daerah Deles, sebuah tempat sejuk di lereng
Gunung Merapi.
Rowo Jombor tempat favorit untuk melihat waduk. Terdapat juga Museum Gula, di Gondang Winangun yang terletak sepanjang jalan Klaten -
Yogyakarta.
Di Kecamatan Tulung sebelah timur terdapat serangkaian tempat
bermunculannya mata air pegunungan yang mengalir sepanjang tahun, dan
dijadikan obyek wisata. Wisata yang bisa dinikmati di sana adalah wisata
memancing dan pemandian air segar. Banyak tempat pemandian yang bisa
dikunjungi baik yang berbayar maupun tidak berbayar, seperti Umbul Nilo
(gratis), Umbul Penganten (gratis), Umbul Ponggok (berbayar), Umbul
Cokro (berbayar) dan umbul lainnya. Namun kalau untuk wisata memancing
semua harus berbayar karena dikelola oleh usaha warga. Letak pemancingan
yang terkenal adalah di desa Janti. Sambil memancing pengunjung dapat
juga menikmati masakan ikan nila, lele, atau mas goreng berbumbu sambel
khas dengan harga sangat terjangkau. Tiap hari libur perkampungan ini
sering mengalami kemacetan karena membludaknya pengunjung dari kota
Solo, Semarang dan Yogya.
Di Kecamatan
Bayat, Klaten, tepatnya di kelurahan
Paseban, Bayat, Klaten terdapat Makam
Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran atau Sunan Tembayat yang memiliki desain arsitektur gerbang gapura
Majapahit. Makam ini menjadi salah satu tempat wisata ziarah Para
Wali.
Pengunjung dapat memarkir kendaraan di areal parkir serta halaman
Kelurahan yang cukup luas. Setelah mendaki sekitar 200 anak tangga, akan
ditemui pelataran dan Masjid. Pemandangan dari pelataran akan nampak
sangat indah di pagi hari.
- Ayam Bakar Klaten
- Sate Kambing
- Payung Kertas - Juwiring
- Rowo Jombor
- Deles
- Menara Air Klaten
Sumber: Wikipedia dan berbagai sumber