Selasa, 24 September 2013

APA ITU TANAMAN OBAT

Tanaman Obat adalah Obat Tradisional Indonesia yang sudah cukup dikenal sejak masa prasejarah sampai masa sejarah yang ditandai prasasti batu bertulis kerajaan Kutai Kertanegara pada abad ke 5, Kejayaan Sriwijaya, kejayaan Majapahit sampai dengan masa kesultanan Mataram dan dilanjutkan dnegan masa penjajahan oleh VOC, obat kita adalah Tanaman Obat. Penggunaan Tanaman Obat itu dengan Nenek Moyang kita telah membawa kesejahteraan dan kejayaan selama berabad-abad yang ditandai dengan peninggalan sejarah seperti Borobudur Prambanan, keraton-keraton dan sistem transportasi diselurh jawa dan pulau-pulau lain. Perubahan terjadi baru pada abad 20 ketika itu berdiri Sekolah Dokter Jawa yang bernama STOVIA tahun 1904 di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sejak itulah kita mulai belajar tentang obat-obatan modern, obat-obatan barat dengan pendekatan kimiawi.
Adopsi pengobatan modern kedalam sistem pengobatan masyarakat terjadi bukan karena permintaan masyarakat pribumi tetapi karena kebutuhan penduduk Belanda yang membutuhkan tenaga dokter. Sedangkan pada saat itu kita masyarakat pribumi memiliki sistem pengobatan sendiri yang sudah mencukupi, sama halnya dnegan masyarakat Tiong Hoa setempat yang sudah juga memiliki penyembuhan sendiri.
Pada saat itu masyarkat kita yang terdidik sangat tertarik sekali dengan sesuatu yang bersifat modern, maka segala sesuatu yang modern cendrung diadopsi dan hal-hal yang bersifat tradisional cendrung ditinggalkan. Cara berpakaian kita cendrung berubah dari “surjan” cendrung kekemeja, setelan Jas, Tulisan kita berubah dari hanacaraka menjadi huruf lain, tetapi lebih dari itu “bothekan, pipisan dan lumpang” kita pun mulai ditinggalkan dan beralih keobat-obatan modern. Semua resep-resep nenek moyang kita dibuang dan diganti dengahn nasehat dokter yang berkualitas medis tekhnis. Meskipun kita bersyukur nasi rawon, gudeg, pecel rendang, bajigur, wedang ronde tidak diganti sepenuhnya dengan hot-dog, pizza, dan coca-cola serta joghurt.
Adopsi dibidang obat modern sungguh tidak terbatas sehingga bothekan telah terbuang entah kemana. Motto Modern yang berkembang saat itu adalah : “Orang yang sudah makan sekolahan tidak pantas lagi untuk minum jamu”. Obat herbal dianggap kuno, ketinggalan Jaman, berbahaya, tidak higienis. Akibatnya obat herbal ditinggalkan sedemikian jauh sampai hampir-hampir tidak dikenal lagi ! Terbukti banyak ibu-ibu sekarang sudah tidak kenal lagi dengan Sambiloto, Tempuyung, Pegagan, dll.
Perhatian Besar sudah mulai berkembang pada dekade terakhir abad ke 20 yaitu semangat “back to nature” dari dunia barat merasuki pola fikir negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pada perkembangan ini masyarakat mulai sadar bahwa obat modern yang pada umumnya obat kimia itu memiliki kelemahan-kelemahan yang signifikan sementara pada sisi lain terdapat kelebihan-kelebihan obat herbal.
Jika karena Tanaman Obat dianggap kuno, tidak ilmiah, tidak higienis, dan berbahaya tetapi sekarang kenapa kita mulai memperhatikan tanaman obat ? Bahkan negara maju sendiri mempelopori gerakkan-gerakan back to nature !” Gerakkan ini dulakukan didasari karena kelemahan obat kimia itu sendiri yang bersifat kimia sintetis. Kelemahan yang paling utama dirasakan adalah efek samping dari obat kimia itu sendiri. Efek obat kimia itu sendiri bahkan sudah diketahui efek sampingnya dan terncantum dalam label atau brosur dan menjadi perhatian oleh dokter dan apoteker itu sendiri.
Secara logis obat kimia berefek samping karena merupakan zat tunggal atau gabungan zat tunggal yang murni karena pengertian dari obat konvensional adalah obat kimia tertentu yang digunakan dalam proses pengobatan. Zat kimia murni tentu tidak cocok dengan tubuh yang kompleks regulasi reaksi-reaksi kimia tertentu. Obat yang murni ini cendrung memodifikasi reaksi-reaksi yang ada untuk mencapai tujuan pengobatan, tetapi sering terjadi modifikasi-modifikasi yang menyimpang atau berlebihan. Hal inilah yang menimbulkan efek samping. Efek samping jangka pendek tidaklah terlalu menakutkan karena dapat segera dikurangi atau dihindari, tetapi efek samping jangka panjang seperti kerusakkan ginjal, kerusakkan liver, lemah syahwat, dan berbagai tumor memang sangat menakutkan dan biasanya tidak reversible (tidak bisa balik). Begitu pula masalah efektifitas pengobatan modern telah dikembangkan dengan sarana penelitian yang luar biasa (bahkan tidak terbatas) dengan lembaga-lembaga pendidikan yang maha besar dan termaju didunia dibanding bidang-bidang lain dan dilayani oleh orang-orang terpandai didunia. Bayangkan anak-anak kita hampir semua bercita-cita menjadi seorang dokter !” Tapi tidak sanggup mengatasi penyakit-penyakit sehari-hari seperti: Influenza, hipertensi, diabetes, hepatitis, colitis dll. Tetapi dengan bangga para peneliti guru besar dan dokter mengatakan “belum ditemukan obatnya. Belum diketahui penyebabnya. Harus minum obat seumur hidup. Tidak ada obat yang ampuh dan cukup aman, Stadiumnya sudah lanjut, Tidak bisa lagi diobati. Pernyataan-pernyataan itu dikatakan dengan bukan rasa sesal dan maaf serta bukan dnegan sikap rendah hati, tetapi sering dengan rasa bangga. Kemudian ini yang sering membuat pasien kecewa dan tertegun, “Apakah tidak ada alternatif lain ?” Akhirnya pasien mulai berfikir “Bukankah Tuhan Menciptakan Manusia juga menyiapkan obatnya ?” Bukan kah Tuhan jauh lebih Bijaksana ?”
Demikan pula dengan mahalnya harga obat kimia. Hal ini terjadi karena 82% bahan baku obat dan sarana pendukung pembuat obat diperoleh dengan Import. Sementara pendapatan kita diperoleh dengan susah payah diperoleh dalam rupiah, kita harus membayar obat yang bernilai dollar. Akibatnya harga obat tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat kita. Untuk sementara ditanggulangi dengan subsidi yang diberikan melalui Puskesmas, dan Rumah sakit seta keringanan Pajak. Itupun masih banyak harga obat kita rasakan sangat mahal.
Kalau kita coba kembali pada kehebatan kekayaan alam bangsa ini terutama kekayaan alamnya dalam hal ini adalah Tanaman Obat, yang referensi jenisnya terkaya nomor 2 didunia setelah negara Brazil, maka perlu dikaji ulang pemanfaatannya yang sangat efektif dan relatif aman ini. Tanaman obat memiliki kelebihan tertentu dibanding obat modern. Tentu efek sampingnya yang snagat kecil. Secara formal berdasarkan pengujian toksisitas akut LD tanaman obat memang umumnya tidak toksik, tetapi karena perbedaan individual bisa jadi orang-orang tertentu alergi terhadap tanaman obat tertentu meskipun masih pada dosis aman. Selain itu toksisitas jangka panjang memang banyak yang masih belum jelas, oleh karena itu untuk tanaman obat yang tidak biasa digunakan sebagai makanan sebaiknya digunakan pada waktu sakit saja,sesudah sembuh dihentikan. Dari pengalaman belasan tahun, ternyata efek samping tanaman obat pada dosis normal memang tidak ada, kecuali pada orang-orang tertentu yang alergi.
Banyak orang mengasosiasikan tidak adanya efek samping ini dengan tidak adanya efektivitas. Mereka ragu jika tidak ada efek samping apakah berarti memang tidak ada efektivitasnya? Pola pikir ini keliru di dua hal. Pertama efektivitas obat herbal terjadi bukan oleh satu zat aktif tetapi oleh resultan efek dari zat-zat aktif dan non aktif, atau bahkan resultan zat-zat yang seluruhnya bukan zat aktif. Sementara efek samping pada obat kimia terjadi karena satu zat aktif yang memodifikasi fungsi tertentu dalam tubuh. Modifikasi fungsi yang tidak dikehendaki atau berlebih itulah yang menciptakan efek samping. Kedua, tiadanya efek samping dari obat herbal adalah karena banyaknya zat yang terkandung dalam satu tanaman, sehingga setiap zat itu konsentrasinya relatif kecil atau dosisnya relatif kecil. Berdasarkan prinsip paracelsus; dosis sola fecit venenum, atau dosislah yang menentukan sesuatu menjadi racun, karena dosis setiap zat dalam tanaman obat relatif kecil maka tidak toksik.
Kelebihan tanaman obat berikunya adalah harga yang relatif murah. Bisa menjadi sangat murah jika bisa menanam atau mencari sendiri di kebun-kebun. Tetapi jika harus diperoleh dalam bentuk simplisia tentu jadi lebih mahal. Tentu akan menjadi lebih mahal, jika sudah diolah, tetapi umumnya tetap lebih murah jika dilihat efektifitasnya.
Selanjutnya sifat tanaman obat yang aman ini menyebabkan dalam penggunaannya tidak dibutuhkan pengawasan yang ketat sehingga sering pengobatannya tidak dibutuhkan pengawasan yang ketat dan tidak dibutuhkan bantuan tenaga medis atau para medis, tetapi cukup oleh anggota keluarga sendiri jika diagnosa sudah jelas.
Dari uraian pemahaman kita bersama tentang aman serta efektifnya penggunaan Tanaman Obat sebagai obat diatas, untuk itu adalah sesat jika “secara filosofis” jika kita berfikir “Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan telah menciptakan tempat hidup dan makanannya, tetapi Tuhan lupa jika menciptakan obatnya, untuk menanggulangi kalau manusia sakit” Pola fikir ini menyebabkan orang menunggu-nunggu hasil penelitian karena difikir penelitian farmokologlah yang akan akan menciptakan Obat !”. Obat-obatan alam tidak dipercayai, tetapi obat-obatan yang berlandaskan teori ilmiah dipercayai dan tidak terbantah.
Teori tentang Patologi penyakit dan tentang mekanisme kerja obat lebih menarik daripada kenyataan bahwa pasien sembuh sehat wal a’fiat. Untuk itu kita harus terus belajar tentang kehebatan Obat dari Allah yakni Obat alam agar pasien semakin merasakan keampuhan obat-obatan alamiah ini dan mensyukuri keagungan Allah.
(bioviolet.com)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima kasih atas usaha menerangkan kelebehan dan kebaikan hasil bumi allah yang istimewa ini