Selasa, 04 Desember 2012

Ancaman Plastik Dan Air Panas


Plastik polikarbonat mengandung senyawa Bisphenol A (BPA). Fakta bahwa BPA dapat terlepas dari  botol minuman plastik ke dalam matriks air bukan hanya sekedar permasalahan dari baru atau lama umur dari botol plastik tersebut. Hal lain yang lebih perlu disoroti adalah faktor temperatur dari cairan yang dimasukkan ke dalam wadah plastik yang digunakan adalah faktor utama berapa banyak BPA yang terlepas  menurut para ilmuwan dari University of Cincinnati (UC).

Scott Belcher, PhD, dan timnya menemukan bahwa ketika botol minuman polikarbonat, baik baru maupun usang, terdedah pada air panas mendidih maka BPA akan terlepas 55 kali lebih banyak dibandingkan bila diisi dengan air biasa.

“Previous studies have shown that if you repeatedly scrub, dish-wash and boil polycarbonate baby bottles, they release BPA. That tells us that BPA can migrate from various polycarbonate plastics,” explains Belcher, UC associate professor of pharmacology and cell biophysics and corresponding study author. “But we wanted to know if ‘normal’ use caused increased release from something that we all use, and to identify what was the most important factor that impacts release.”

“Terinspirasi oleh pertanyaan dari masyarakat yang semakin meluas, kami melakukan tes langsung yang berdasarkan dari penggunaan konsumen terhadap produk botol plastik polikarbonat. Dari hasil ini ditemukan bahwa perbedaan yang signifikan dari eksposur terletak pada rentang suhu penggunaan. Pada dasarnya, botol berumur sembilan tahun pemakaian melepaskan jumlah BPA yang sama dengan botol baru.”

BPA adalah salah satu dari sekian banyak senyawa kimia yang diciptakan manusia dan memiliki klasifikasi penghambat endokrin. Mekanisme kerusakan pada endokrin terjadi dimana BPA akan meniru fungsi dari hormon alami tubuh. BPA kemudian akan menghambat sistem endokrin. Hormon disekresikan melalui kelenjar endokrin dan memiliki fungsi berbeda di seluruh bagian tubuh.

BPA digunakan secara luas di berbagai macam produk seperti botol bekal minuman, pelapis kaleng makanan, pipa air dan penutup tambalan gigi. Dalam beberapa studi BPA telah menunjukkan pengaruh terhadap reproduksi dan perkembangan otak pada hewan.

“Terdapat bukti-bukti ilmiah yang kuat tentang efek-efek berbahaya dari BPA dalam jumlah sangat kecildi dalam percobaan laboratorium dan studi hewan, namun terdapat sedikit sekali bukti klinis yang berhubungan dengan manusia.”, ujar Belcher. “Walau begitu, ada sebuah kecurigaan kuat dari komunitas saintifik bahwa senyawa kimia ini memiliki efek yang berbahaya terhadap manusia.”

Belcher dan timnya menganalisis botol polikarbonat usang dari klub memanjat lokal, lalu membeli botol dengan merk yang sama dari sebuah penyedia peralatan outdoor.

Semua botol kemudian dites selama tujuh hari penyimpanan untuk mensimulasikan penggunaan normal ketika melakukan backpacking, hiking, dan aktivitas alam bebas lainnya.

Tim peneliti ini menemukan bahwa jumlah BPA yang terlepas ke dalam air dari botol polikarbonat baru dan usang jumlahnya sama. Keduanya memiliki sisi kesamaan baik dari segi konsentrasi maupun laju pelepasan pada matriks air dingin atau suhu normal.

Namun, konsentrasi BPA yang tinggi ditemukan ketika pengujian dilakukan menggunakan botol sama namun menggunakan air panas mendidih dan terdedah pada waktu yang relatif singkat. “Dibandingkan dengan laju pelepasan dari botol yang sama, maka pelepasan BPA pada matriks air panas mendidih meningkat sebesar 15 hingga 55 kali lebih cepat,” jelas Belcher. Sebelum terdedah oleh air panas mendidih, laju pelepasan BPA pada botol-botol ini memiliki rentang antara 0.2 hingga 0.8 nanogram per jam. Namun setelah diisi dengan air panas mendidih, laju ini meningkat menjadi 8 hingga 32 nanogram per jam.

Belcher menekankan bahwa tingkat BPA yang berbahaya terhaap manusia belum diketahui. Ia meminta para konsumen untuk memikirkan efek lingkungan kumulatif yang mungkin terjadi pada kesehatan mereka bila ini dialami pada mereka.

“BPA hanyalah salah satu dari sekian banyak senyawa kimia yang menyerupai estrogen dan manusia terpapar terhadapnya, sedangkan para ilmuwan masih menyelidiki bagaimana efek pengganggu endokrin ini terhadap kesehatan manusia,” ujarnya. “Namun telah bermunculan bukti-bukti saintifik yang mendukung fakta bahwa resiko dari pemaparan ini adalah kesehatan anda.”

Tim ini melaporkan penemuan ini pada tanggal 30 Januari 2008 pada jurnal Toxicology Letters. Lulusan UC yaitu Hoa Le dan seorang bimbingan penelitian lainnya Jason Chua juga ikut berpartisipasi dalam studi ini, dimana studi ini didanai oleh hibah National Institute of Environmental Health Sciences.
sumber: http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/ancaman-plastik-dan-air-panas/

Tidak ada komentar: