Selasa, 17 Juli 2012

Misteri Candi Borobudur


Pernah hilang?

Meski telah lama tegak menjulang, Borobudur masih menyimpan banyak misteri. Salah satunya, adalah pertanyaan besar yang belum terjawab, mengapa saat ditemukan candi itu dalam kondisi terkubur.

Sejumlah spekulasi berseliweran. Ada yang mengatakan, letusan Merapi pada 1006 telah menghancurkan kebudayaan Mataram Hindu di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, membendung aliran Sungai Progo, membentuk danau besar di Kedu Selatan, serta mengubur Candi Borobudur yang berjarak 30 kilometer dari Merapi.

Dalil ini diungkap Van Bemmelen dalam bukunya "The Geology of Indonesia" yang menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini hingga lenyap dari sejarah.

Apa yang diungkap Van Bemmelen mungkin terinspirasi tulisan W.O.J. Nieuwenkamp, seorang arsitek, pemahat, pelukis, etnolog  Belanda di Indonesia tahun 1933. Ia mengeluarkan hipotesis yang menggegerkan kalangan para sejarawan saat itu: bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah telaga seperti bunga teratai di tengah kolam. Hipotesisnya itu ditulisnya di majalah umum yang terbit di Belanda ”Het Boroboedoermeer” – Algemeen Handelsblaad, Deen Haag, 9 September 1933.

Namun, penelitian Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta, Indonesia 2006 membantah hipotesis Borobudur tertimbun karena letusan Merapi.
Jika benar tertutupnya Borobudur akibat  letusan Gunung Merapi, mengapa tidak ditemukan sisa endapan yang mempunyai korelasi dengan endapan hasil letusan sekitar waktu tersebut. Letusan yang mengubur candi mestinya sangat besar, dan meninggalkan endapan yang seharusnya mudah ditemukan.

Apalagi berdasarkan Prasasti Prasasti Kalkuta di India yang berangka tahun 963 Saka (1041) atau  Prasasti Pucangan dinyatakan bahwa telah terjadi bencana besar (pralaya) pada tahun 928 Saka (tahun 1006) akibat serangan Raja Wurawari dari Lwaram terhadap Kerajaan Mataram Hindu.

Berdasarkan catatan sejarah, “pralaya” yang disebut dalam Prasasti Pucangan tidak pernah terjadi pada tahun 1006, tetapi 1016 atau tahun 1017. Dan itu akibat serangan, bukan letusan Merapi.

Namun, apapun penyebab lenyapnya Borobudur, kita berutang banyak pada Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa.
Pada 1814, ia yang mendengar ada temuan benda purbakala di Desa Borobudur. Raffles kemudian memerintahkan ilmuwan, H.C Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.

Kerja Raffles kemudian diteruskan Pemerintah Hindia Belanda yang pada tahun 1907 menunjuk Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911. Melalui proses panjang, Borobudur yang dulu terbenam, bisa menatap Matahari dan berdiri tegak hingga kini. (sumber: Elin Yunita Kristanti-• VIVAnews  )

Misteri Danau Purba Candi Borobudur

Lukisan Borobudur di tengah danau
Dua gelar kini melekat pada Candi Borobudur, sebagai Warisan Dunia UNESCO dan Guinness World Records sebagai situs arkeologi candi Budha terbesar di dunia.

Terlepas dari kemegahan dan keindahan Borobudur, lengkap dengan relief yang penuh kisah dalam agama Budha, sejumlah misteri masih melingkupi candi ini.

Pada tahun 1814, atas jasa Gubernur Jenderal Britania Raya, Thomas Stamford Rafffles, candi yang selama berabad-abad terkubur di bawah gundukan tanah, menjadi serupa bukit penuh semak belukar dan ditumbuhi pohon, mulai jadi perhatian pemerintah kolonial. Raffles juga lah yang pertama kali menuliskan nama "Borobudur" dalam bukunya, History of Java. Tak jelas asal mula nama itu.

Borobudur yang misterius itu diakui oleh Direktur Utama Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur Prambanan Ratu Boko (Persero), Purnomo Siswoprasetjo.
Salah satunya, bagaimana cara Borobudur itu dibangun. Dari mana asal batu-batu besar material candi dan teknologi apa yang digunakan untuk mengangkat dan menyusunnya dengan presisi dan desain arsitektur yang mengagumkan.
"Apakah batu itu berasal dari Gunung Merapi, terus bagaimana membawanya dari Merapi menuju lokasi candi masih misteri," kata Purnomo kepada VIVAnews, Kamis, 5 Juli 2012.

Tak hanya asal batu, di mana pembuat Borobudur mengukir dan memahat batu juga masih belum diketahui. Para arkeolog masih mencari dimana bengkel para seniman.  "Mengukir dan memahat batu sedemikian besar ukurannya dan jumlahnya banyak, belum diketahui di mana tempatnya," terang dia.

Letak Borobudur yang tak biasa, berada di atas bukit, dikelilingi dua pasang gunung kembar -- Sindoro-Sumbing dan Merbabu-Merapi, sementara candi lain dibangun di tanah datar juga menjadi teka-teki yang belum terjawab.

Pada tahun 1931, seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Daratan Kedu -- lokasi Borobudur menurut legenda Jawa, dulunya adalah sebuah danau purba. Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang  mengapung di atas permukaan danau. Ini sebuah hipotesa yang menjadi perdebatan hangat di kalangan para ilmuwan saat itu.
Van Bemmelen dalam bukunya "The Geology of Indonesia" menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini hingga lenyap dari sejarah.
Fakta geologi juga memberi dukungan pada pendapat itu. "Di sekitar candi terdapat sumur yang airnya asin. Tapi yang sumurnya asin tidak di semua daerah, hanya di titik tertentu," tutur Purnomo soal dugaan Borobudur dibangun di tengah danau purba.

Dia menambahkan, pertanyaan itu juga yang menarik banyak ilmuwan asing berdatangan, untuk melakukan penelitian. "Banyak para ahli dari luar negeri seperti dari Jepang yang datang ke Candi Borobudur khusus untuk meneliti danau purba itu. Mereka biasa tinggal selama satu minggu hingga dua minggu," kata dia.

Salah satu cara untuk mengungkap misteri danau purba itu dengan meneliti sungai-sungai yang berada di sekitar Borobudur, termasuk Sungai Progo dan Elo. Juga pada masyarakat yang tinggal di sekitar candi.
"Semua pertanyaan-pertanyaan itu masih tersimpan semua. Kita menunggu kajian dari arkeolog untuk mengungkap misteri itu," ucap dia. (VIVAnews )

Tidak ada komentar: