Jumat, 13 Juli 2012

Agrowisata Sondokoro

Pabrik Gula
Agrowisata Sondokoro adalah sebuah tujuan wisata di kabupaten Karanganyar, kaki barat Gunung Lawu, atau sekitar 15 km di arah timur kota Solo. Sondokoro sendiri berada dalam komplek pabrik gula Tasikmadu, sebuah pabrik gula yang berdiri pada tahun 1870 di masa pemerintahan KGPAA Mangkunegoro IV.


Begitu memasuki areal pabrik, tercium aroma harum yang khas (pada musim giling). Sebenarnya aroma harum tersebut menguar dari uap air perasan tebu yang sedang dimasak dalam pabrik. Dari kejauhan terdengar deru dan dentang mesin penggiling dari pabrik.


Sondokoro berada di areal yang dikelilingi dengan rumah dinas, kantor, dan pabrik gula yang berarsitektur kuno. Areal tersebut dulu menjadi tempat diadakannya pasar malam ‘Cembengan’ setiap menyambut masa panen tebu dan masa giling. Sekarang, Cembengan dipindahkan di tempat lain. Pohon-pohon besar dan tinggi seperti kere payung (filicium decipiens)cemara, flamboyan dan beringin yang berumur puluhan tahun, mungkin sebagian telah seumur dengan pabriknya, berdiri rindang dan memayungi areal sehingga memberikan keteduhan alami.


Pada pohon-pohon besar itu dipasang jembatan gantung yang menghubungkan setiap pohon, dengan ketinggian sekitar 15 meter dari tanah. Berjalan meniti jembatan tali tersebut menjadi atraksi yang menantang bagi pengunjung, karena jembatan akan bergoyang-goyang setiap kita melangkahkan kaki saat menyeberanginya. Di setiap pohon, disediakan rumah pohon untuk beristirahat dan menikmati panorama sekitar pabrik dari ketinggian.


Wahana anak-anak
Di bawah kerindangan pepohonan tua yang masih kokoh perkasa itu, disediakan berbagai wahana permainan anak-anak dan kandang satwa. Monyet, beruk, merak, elang jawa, dara, dan iguana adalah beberapa jenis satwa yang dipelihara. Jika beruntung bisa menikmati atraksi seekor merak jantan yang memamerkan keindahan bulu ekornya demi menggoda seekor merak betina. Bulu-bulu ekornya yang panjang berwarna-warni mengembang anggun dan cantik. 
Merak


Di seberangnya, terdapat sebuah taman unik. Di sini berbagai komponen mesin pabrik berukuran besar, seperti pompa, roda besi raksasa, dan semacamnya ditanam dengan tata letak yang menarik. Komponen-komponen tersebut sudah tak terpakai, tetapi kreativitas pengelola Sondokoro mampu menjadikannya sebagai penghias taman yang mungkin tak kita temui di tempat lain.
Musium Mesin Giling



KOLEKSI LOKO TUA

Loco di Gerbang Masuk
Koleksi lokomotif uap tua adalah ciri khas tempat wisata ini. Berbagai jenis loko yang dipajang di sudut-sudut areal Sondokoro. Di gerbang masuk, sebuah loko uap besar berdiri kokoh menyambut kedatangan kami. Loko-loko uap lainnya dipajang di taman dan samping kolam renang. Bahkan di depan pintu masuk pabrik, kita akan mendapati monumen loko uap pertama yang digunakan di PG Tasikmadu.

Loco uap
Loko-loko inilah yang menjadi daya tarik dan keunggulan Sondokoro. Walaupun sudah tak berfungsi, kondisi fisik loko-loko tersebut masih terawat baik. Catnya mengkilat dan tampak gagah dipamerkan. Seolah para loko pensiunan ini mendapatkan penghormatan yang layak atas jasa-jasa mereka di masa jayanya dulu. Sayang, informasi yang lebih dalam tentang setiap loko tidak ada. Akan semakin mengesankan dan menambah wawasan, apabila di setiap loko dapat ditemukan informasi seperti tahun pembuatan, negara pembuat, kekuatan, dan masa operasinya.
Gerbong Peninggalan KGPAA Mangkunegoro IV
Di dekat gerbang masuk kami juga menyaksikan gerbong dan kereta kuda yang pernah dipakai KGPAA Mangkunegoro IV untuk meninjau pabrik Tasikmadu dan areal kebun tebu. Gerbong bercat hijau buatan S Chavalier Constructe dari Paris-Perancis ini masih terawat apik. Perlu diketahui bahwa pada jaman dulu Sondokoro dan pabrik gula Tasikmadu masuk dalam wilayah kerajaan Mangkunegaran.
Di pinggir taman bermain, tiga rangkaian gerbong terbuka yang ditarik dengan loko-loko uap kecil siap mengajak Anda mengelilingi ar eal pabrik. Loko uap kecil yang menarik gerbong kami bernama TM 1 dan rangkaiannya diberi nama Spoor Teboe. Loko uap ini masih menggunakan kayu dan ampas tebu sebagai bahan bakarnya. Tertempel pelat pada loko yang menunjukkan nama pabrik pembuat loko, yaitu Dreinstein & Koppel-Arthur Koppel.
Spoor 
Spoor Teboe sedikit terengah saat membawa kami mengelilingi lingkungan pabrik. Tempat pertama yang kami lewati adalah jalur-jalur rel pemindahan tebu dari lori-lori ke mesin pemotong tebu. Terlihat loko-loko uap masih gagah dan kuat sebagai penarik lori-lori tebu. Kami kemudian melewati deretan contoh jenis tanaman tebu yang diolah di pabrik gula Tasikmadu. Tampak antara lain tebu-tebu jenis BL, PS.864, dan PSTK 91-632 berderet rapi di sisi kanan-kiri rel.
Dari gerbong Spoor Teboe, kami menyaksikan gambar-gambar mural di dinding pabrik yang menggambarkan proses produksi dalam pabrik. Mulai dari pemotongan, penggilingan, sampai pengepakan. Lepas dari gedung-gedung pabrik, kami melintasi deretan rumah peninggalan Belanda yang masih terawat apik dan asri. Disinilah para pembesar-pembesar pabrik tinggal semenjak dulu hingga sekarang.

PABRIK GULA
Pabrik Gula
Puncak dari perjalanan di Sondokoro adalah melihat-lihat ‘isi perut’ pabrik gula. Di dalam gedung pabrik, terbentang di hadapan kita mesin-mesin di jalur pengolahan tebu, mulai dari mesin pemotongan hingga mesin-mesin penggiling yang menderu dan mendentam itu. Dari mesin-mesin ini yang telah beroperasi puluhan tahun ini, didapatkan perasan tebu yang masih bercampur dengan tanah dan serat-serat tebu.
Kami kemudian dibawa ke jalur berikutnya, tempat air perasan dipanaskan dan dimurnikan. Terlihat uap mengepul dan cairan kecoklatan mengalir lumer dari ketel satu ke ketel berikutnya. Di ujung perjalanan, kami menyaksikan bagaimana butir-butir kristal gula yang halus berkilauan menggerojog masuk ke karung-karung yang telah disiapkan para pekerja.
Tur singkat ini mengingatkan pesan Mangkunegoro IV saat pabrik gula ini didirikan.“Pabrik gula iki openana. Sanadyan ora nyugihi, nanging nguripi. Kinarya papan pangupa jiwane kawula dasih,” yang berarti “Peliharalah pabrik gula ini dengan baik, meskipun tidak memberi kekayaan, namun dapat menghidupi dan merupakan sawah ladang para karyawan dan masyarakat sekitar.”
Setelah sekian puluh tahun beroperasi, pabrik gula ini telah dan masih menjadi sandaran hidup bagi para petani, pegawai, dan masyarakat sekitarnya, walau tak sampai menjadikan mereka kaya. Dan objek wisata Sondokoro menjadi bukti, bahwa pabrik gula Tasikmadu tetap bisa menjadi sumber penghidupan dengan cara memberikan rumah peristirahatan yang nyaman bagi loko-loko uap yang telah pensiun.
(Berbagai Sumber)

Baca juga:
Balekambang Solo











Tidak ada komentar: